guru SD tidak alergi IT apalagi katrok. kami perlukan ilmu lebih untuk mencerdaskan kehidupan bangsa….!!

Kamis, 30 Juli 2009

MENINGKATKAN MUTU PENDIDIKAN DI DESA TERPENCIL

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Tujuan pembangunan nasional dalam bidang pendidikan adalah uapaya mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manuasia Indonesia yang beriman , bertaqwa dan berakhlak mulia serta menguasai ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni dalam mewujudkan masyarakat yang maju, adil, makmur dan beradab berdasarksan pancasila dan UUD 1945. Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah untuk meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia salah satunya adalah dengan dikeluarkannya UU no 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan nasional dan UU no.14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen.
Indonesia merdeka 64 tahun dan 100 tahun kebangkitan nasional, pendidikan yang diharapkan tidak tercapai. Permasalahan pendidikan dewasa ini terus muncul seiring upaya untuk penyempurnaan sistem pendidikan nasional. Permasalahan terbaru yaitu pro dan kontra terhadap penyelenggaraan Ujian Nasional terlebih dengan adanya praktik kecurangan yang dilakukan siswa maupun guru yang terjadi diberbagai daerah dan jenjang pendidikan. Ini berarti upaya meningkatkan pendidikan itu tidak dilaksanakan sesuai dengan harapan.
Kesenjangan ini disebabkan oleh berbagai kendala baik keterbatasan dana, kendala geografis mengingat luasnya negara Indonesia dengan ribuan pulau sementara sarana komunikasi belum memadai. Hasil studi yamg dilakukan Heyneman dan Loxley di 16 negara berkembang guru memberi konstribusi terhadap prestasi belajar sebesar 34 % sedangkan management 22 % waktu belajar 18 % sarana fisik 26 % ( Dedi Supriadi , 1999 : 178). Penulis tertarik untuk meneliti upaya peningkatan mutu pendidikan dengan perbaikan kualitas guru dan menelaah kondisi sekolahan khususnya Sekolah Dasar di desa terpencil.
Suatu Sekolah Dasar di daerah terpencil dan di perbatasan masyarakat didaerah ini tertinggal dalam pembangunan baik itu ekonomi, insfratuktur maupun pendidikan. Disinilah diperlukan suatu terobosan untuk menjangkau daerah-daerah tersebut ikut serta dalam akselerasi pembangunan nasional. Kondisi Jawa Tengah sendiri masih banyak SD yang terpencil dan memiliki komposisi masyarakat miskin tinggi sehingga menyebabkan angka drop out tinggi.berdasarkan data dari Dinas pendidikan Nasional tahun 2008 angka drop out di Jawa Tengah sebesar :
No Provinsi Murid 2007 / 2008 Siswa baru Lulusan Dop Out %
1. Jawa Tengah

3.420.677


563.736


535.602


36.426


1,06

Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa tingkat kemiskinan diIndonesia khususnya Jawa Tengah masih tinggi terbukti dengan masih besarnya siswa drop out dari sekolah. Pemerintah perlu melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan di SD terpencil, kepulauan dan perbatasan degan alasan mendasar yaitu :
1. Melaksanankan asas pemerataan pembangunan baik itu ekonomi, pendidikan dan insfratuktur.
2. Penanggulangan kemiskinan karena rendahnya mutu sekolah bertalian erat dengan kemiskinan.
3. Menjalankan prinsip Wawasan Nusantara terutama daerah perbatasan dan pulau terluar yang memiliki kerawanan politik, budaya dan sosial dengan negara tetangga yang lebih maju dalam pendidikan dan ekonomi.
4. Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia dengan indikator utama peningkatan terjamin kesehatan, memiliki pendidikan yang cukup serta standar hidup yang memadai.
B. Rumusan Masalah

Sesuai dengan latar belakang masalah yang diuraikan diatas, maka rumusan masalah pada makalah ini yaitu :
1. Apakah masalah pendidikan di desa terpencil ?
2. Mengapa pemerintah perlu memajukan pendidikan di desa terpencil?
3. Apa langkah yang ditempuh pemerintah untuk memajukan pendidikan desa terpencil ?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah diatas maka tujuan penelitian ini yaitu :
1. Untuk mengetahui pemasalahan mendasar pendidikan di desa terpencil
2. Untuk mengetahui pentingnya pemerintah memajukan pendidikan di desa terpencil.
3. Untuk mengetahui upaya yang dilakukan untuk memajukan pendidikan di desa terpencil.

D. Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan memberi manfaat :
1. Secara Teoritis
a. Sebagai literature tambahan bagi penelitian yang memiliki variable hampir sama, baik itu situasi dan kondisinya.
b. Memberikan motivasi dalam budaya penelitian dalam dunia pendidikan.
2. Secara Praktis
a. Menjadi masukan bagi pemerintah untuk meningkatan pendidikan di desa terpencil sebagai upaya mengentaskan masyarakat dari kebodohan dan kemiskinan salah satunya dengan peningkatan profesionalisme guru dan pemberian tunjangan desa terpencil..
b. Ikut mendorong peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia di Pedesaan.
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Mutu Pendidikan
1. Pengertian Mutu
Dalam rangka umum mutu mengandung makna derajat (tingkat) keunggulan suatu produk (hasil kerja / upaya) baik berupa barang maupun jasa. Pengertian mutu perlu dirumuskan secara jelas sehingga sekolah memiliki acuan untuk bekerja. Ton Vroeijenstijn (2002) menyatakan bahwa mutu (quality) merupakan kondisi dasar untuk mampu berkompetisi, memiliki daya tarik (attractiveness) dan untuk bisa bertahan (survival).

Menurut Crosby (1979:58) mutu adalah sesuai yang disyaratkan atau distandarkan (Conformance to requirement), yaitu sesuai dengan standar mutu yang telah ditentukan, baik inputnya, prosesnya maupun outputnya.Oleh karena itu, mutu pendidikan yang diselenggarakan sekolah dituntut untuk memiliki baku standar mutu pendidikan. Yaitu pendidikan input, proses dan yang dihasilkan keluaran terjaga kualitasnya sehingga lulusan dapat terserap dalam dunia kerja atau bahkan menciptakan lapangan kerja sendiri.

2. Pengertian Pendidikan
Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan/atau latihan bagi peranannya di masa yang akan datang (UU R.I. No. 2 Tahun 1989, Bab I, Pasal I) . Pada rumusan ini terkandung empat hal yang perlu digaris bawahi dan mendapat penjelasan lebih lanjut. Dengan “usaha sadar” dimaksudkan, bahwa pendidikan diselenggarakan berdasarkan rencana yang matang, mantap, jelas, lengkap, menyeluruh, berdasarkan pemikiran rasional-objektif. Pendidikan tidak diselenggarakan secara tak sengaja, atau bersifat insidental dan seenaknya, atau berdasarkan mimpi di siang bolong dan penuh fantastis.
Fungsi pendidikan adalah menyiapkan peserta didik. “Menyiapkan” diartikan bahwa peserta didik pada hakikatnya belum siap, tetapi perlu disiapkan dan sedang menyiapkan dirinya sendiri. Hal ini menunjuk pada proses yang berlangsung sebelum peserta didik itu siap untuk terjun ke kancah kehidupan yang nyata. Penyiapan ini dikaitkan dengan kedudukan peserta didik sebagai calon warga negara yang baik, warga bangsa dan calon pembentuk keluarga baru, serta mengemban tugas dan pekerjaan kelak di kemudian hari.
Strategi pelaksanaan pendidikan dilakukan dalam bentuk kegiatan bimbingan, pengajaran dan / atau latihan. Bimbingan pada hakikatnya adalah pemberian bantuan, arahan, motivasi, nasihat dan penyuluhan agar siswa mampu mengatasi, memecahkan masalah, menanggulangi kesulitan sendiri. Pengajaran adalah bentuk kegiatan di mana terjalin hubungan interaksi dalam proses belajar dan mengajar antara tenaga kependidikan (khususnya guru / pengajar) dan peserta didik untuk mengembangkan perilaku sesuai dengan tujuan pendidikan. Pelatihan prinsipnya adalah sama dengan pengajaran, khususnya untuk mengembangkan kerampilan tertentu.
Produk yang ingin dihasilkan oleh proses pendidikan adalah berupa lulusan yang memiliki kemampuan melaksanakan peranan-peranannya untuk masa yang akan datang. Peranan bertalian dengan jabatan dan pekerjaan tertentu, tentunya bertalian dengan kegiatan pembangunan di masyarakat. Pendidikan adalah suatu proses dalam rangka mempengaruhi peserta didik supaya mampu menyesuaikan diri sebaik mungkin dengan lingkungannya, dan dengan demikian akan menimbulkan perubahan dalam dirinya yang memungkinkannya untuk berfungai secara dekat dalam kehidupan masyarakat. Pengajaran bertugas mengarahkan proses ini agar sasaran dan perubahan itu dapat tercapai sebagaimana yang diinginkan.
Di Indonesia dikenal tiga jenis pendidikan yaitu :
1. Pendidikan formal yaitu jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Pendidikan di sekolah ini secara micro diartikan sebagai kelanjutan pendidikan keluarga, karena tanggung jawab utama keluarga pada segi kehidupan. Sedang arti pendidikan di sekolah secara macro adalah pendidikan berwawasan kepada masyarakat dan negara.
2. Pendidikan informal yaitu jalur pendidikan keluarga dan lingkungan yang berbentuk kegiatan belajar secara mandiri. Hasil pendidikan informal diakui sama dengan pendidikan formal dan nonformal setelah peserta didik lulus ujian sesuai dengan standar nasional pendidikan.
3. Pendidikan nonformal yaitu jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang. Hasil pendidikan nonformal dapat dihargai setara dengan hasil program pendidikan formal setelah melalui proses penilaian penyetaraan oleh lembaga yang ditunjuk oleh Pemerintah atau Pemerintah Daerah dengan mengacu pada standar nasional pendidikan. Pendidikan nonformal meliputi pendidikan kecakapan hidup, pendidikan anak usia dini, pendidikan kepemudaan, pendidikan pemberdayaan perempuan, pendidikan keaksaraan, pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja, pendidikan kesetaraan, serta pendidikan lain yang ditujukan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik.
3. Mutu Pendidikan
Mutu pendidikan tentu diartikan pendidikan yang mampu meghasilkan lulusan yang terampil, mampu sesuai dengan tingkat pendidikannya, jujur dan yang terpenting lagi adalah moralnya baik. Peningkatan mutu pendidikan yang lebih berkualitas antara lain melalui pengembangan dan perbaikan kurikulum dan sistem evaluasi, perbaikan sarana pendidikan, pengembangan dan pengadaan materi ajar, serta pelatihan bagi guru dan tenaga kependidikan lainnya.

B. Sekolah Dasar di Desa Terpencil
1. Sekolah Dasar
Sekolah Dasar adalah bentuk satuan pendidikan dasar yang menyelenggarakan program enam tahun. Sekolah dasar merupakan bagian yang tak terpisahkan dari pendidikan dasar 9 tahun yang diselenggarakan SD 6 tahun dan SLTP 3 tahun. Pendidikan dasar yang diselenggarakan di SD bertujuan memberikan bekal kemampuan “ Baca Tulis Hitung “, pengetahuan dan ketrampilan dasar bermanfaat bagi siswa sesuai dengan tingkat perkembangan serta mempersiapkan untuk mengikuti pendidikan SLTP.
Sedang pendidikan dasar bertujuan memberikan bekal kemampuan dasar kepada peserta didik untuk mengembangkan kehidupan sebagai pribadi , anggota masyarakat, warga negara dan anggota umat manusia serta mempersiapkan peserta didik untuk mengikuti pendidikan menengah ( PP no. 28 Tahun 1990: pasal 3 )

2. Desa Terpencil
Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.(PP. No.57 tahun 2005 ) Desa bukanlah bawahan kecamatan, karena kecamatan merupakan bagian dari perangkat daerah kabupaten/kota, dan desa bukan merupakan bagian dari perangkat daerah. Berbeda dengan Kelurahan, Desa memiliki hak mengatur wilayahnya lebih luas. Namun dalam perkembangannya, sebuah desa dapat ditingkatkan statusnya menjadi kelurahan. Bebrapa Kewenangan desa adalah :1)Menyelenggarakan urusan pemerintahan yang sudah ada berdasarkan hak asal usul desa.2)Menyelenggarakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan kabupaten/kota yang diserahkan pengaturannya kepada desa, yakni urusan pemerintahan yang secara langsung dapat meningkatkan pelayanan masyarakat.3)Tugas pembantuan dari Pemerintah, Pemerintah Provinsi, dan Pemerintah Kabupaten/Kota.4)Urusan pemerintahan lainnya yang diserahkan kepada desa.
Desa tepencil adalah desa yang terletak di daearah yang belum memiliki insfratuktur,sehingga sarana transportasi dan komunikasi belum memadai dengan kondisi masyarakat yang miskin/ tradisional. Mayoritas terletak di daerah pedalaman dan di pulau terluar.
3. Sekolah Dasar di Desa Terpencil
Kategori SD terpencil, dapat dilihat dari segi lokasinya yang jauh dari pusat kota. Selain itu, sulit dijangkau dengan kendaraan bermotor. Bahkan, sulit berkomunikasi karena tidak ada jaringan telepon. Untuk menuju sekolah, guru dan siswa harus melewati kawasan berbukit. Seperti kondisi SDN kepyar II Kecamatan Purwantoro, untuk menuju ke lokasi sekolah biasanya para guru dan siswa harus berjalan kaki sejauh 10 km melewati jalan berbatu karena di kawasan itu tidak ada kendaraan umum. Prasarana yng dimiliki sekolahan terbatas dan memiliki jumlah murid sedikit. Mutu pendidikan di SD terpencil ini juga rendah dibandingkan SD di tingkat kecamatan kota.

C. Upaya Meningkatkan Mutu Pendidikan
Masalah pendidikan didaerah terpencil telah lama kita sadari. Namun dengan dalih keterbatasan dana dan berbagai peraturan berlaku selalu dijadikan alas an untuk menunda pemecahan maslah tersebut. Sebagai ilustrasi betapa sulitnya menempatkan tenaga guru di daerah-dareh tersebut. Demikian pula sulitnya membangun sarana pendidikan standar karena kesulitan komunikasi atau langkanya alat-alat bantu proses brlajar mengajar . Begitu pula tuntutan system pendidikan yang standar mengenai jenjang pendidikan serta kurikulum nasional menghambat daerah terpencil untuk mengejar ketertinggalan .
Sedikit bernapas lega pemerintah mengeluarkan kebijakan tentang pemberian tunjangan guru di daerah khusus ( Undang-undang Guru dan Dosen: pasal 18) :
1. Pemerintah memberikan tunjangan khusus sebagaimana pasal 15 ayat (1) kepada guru yang bertugas didaerah khusus.
2. Tunjangan khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (1 ) diberikan setara dengan 1 (satu) kali gaji pokok guru yang diangkat oleh satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh pemerintah atau pemerintah daerah pada tingkat, masa kerja, dan kualifikasi yang sama.
3. Guru yang dingkat oleh pemerintah atau pemerintah daerah di daerah khusus, berhak atas rumah dinas yang disediakan oleh pemerintah daerah sesuai dengan kewenangan.
4. Ketentuan lebih lanjut mengenai tunjangan khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (1 ), (2),dan ayat (3) diatur dengan peraturan pemerintah.

Langkah diatas saja tidak cukup, artinya diperlukan pendekatan baru dalam menangani pendidikan didaerah terpencil ini. Diperlukan berbagai terobosan atau penanganan khusus tentu dalam rangka menuju sistem pendidikan nasional. Setiap terobosan memiliki arah yang jelas dan berakhir apabila tujuan utamanya tercapai.
Tujuan utama pendidikan di daerah terpencil, kepulauan dan perbatasan dalam jangka pendek dan jangka menengah ialah mengangkat martabat manusia yang lebih layak., sehingga dapat ikut serta secara aktif dalam proses pembangunan. Untuk itu perlu dilakukan dengan cara sebagai berikut :
1. Pengadaan dan penempatan guru.
Berkaitan dengan manajemen guru, perlu perhatian khusus untuk beberapa hal yang sangat esensial, seperti termuat dalam UU Nomor 14 Tahun 2005. Pertama, pemerintah wajib memenuhi kebutuhan guru PNS, baik jumlah, kualifikasi, kompetensi maupun pemerataannya untuk menjamin keberlangsungan pendidikan. Kedua, pemerintah provinsi wajib memenuhi kebutuhan guru PNS, baik jumlah, kualifikasi, kompetensi maupun pemerataannya untuk menjamin keberlangsungan pendidikan menengah negeri dan pendidikan khusus negeri sesuai dengan SNP di wilayah kewenangannya masing-masing. Ketiga, pemerintah Kabupaten/Kota wajib memenuhi kebutuhan guru PNS, baik jumlah, kualifikasi, kompetensi maupun pemerataannya untuk menjamin keberlangsungan pendidikan dasar negeri dan pendidikan anak usia dini jalur formal sesuai dengan SNP di wilayah kewenangannya masing-masing.

Keempat, penyelenggara satuan pendidikan atau satuan pendidikan dasar, menengah, atau anak usia dini jalur formal yang diselenggarakan oleh masyarakat wajib memenuhi kebutuhan guru tetap, baik jumlah, kualifikasi, maupun kompetensinya untuk menjamin keberlangsungan pendidikan formal sesuai dengan SNP. Jika hal ini diikuti secara konsisten oleh pihak-pihak yang tergamit, masalah manajemen guru akan dapat dipecahkan. Tentu saja hal itu harus ditunjang oleh sistem pengangkatan dan penempatan guru dilakukan secara obyektif dan transparan.
Pengadaan dan penempatan guru haruslah merupakan satu paket. Artinya tenaga guru untuk daerah tersebut harus dipersiapkan dalam suatu program secara cermat , baik dalam jumlah maupun kualifikasi akademik maupun fisik dalam suatu program khusus. Pelaksanannya oleh LPTK yang terdekat. Yang tak kalah pentingnya adalah system intensif yang menyertainya agar calon guru tersebut tertarik, dan apabila sudah bertugas merasa kerasan ditempat tugasnya. Selain tunjangan khusus perlu dikembangkan juga :
a. Rotasi tugas dalam kabupaten sesudah mengabdi 3 tahun
b. Kenaikan pangkat istimewa setiap mengabdi selama 5 tahun ditempat yang sama di daerah terpencil.
c. Memperoleh beasiswa melanjutkan studi bagi yang menunjukkan prestasi yang inovatif serta kemampuan akademik.
d. Memberikan perumahan yang layak di tempat tugas.
2. Profesionalisme guru
Profesionalisme berasal dari kata bahasa Inggris professionalism yang secara leksikal berarti sifat profesional. Profesionalisasi merupakan proses peningkatan kualifikasi atau kemampuan para anggota penyandang suatu profesi untuk mencapai kriteria standar ideal dari penampilan atau perbuatan yang diinginkan oleh profesinya itu. Profesionalisasi mengandung makna dua dimensi utama, yaitu peningkatan status dan peningkatan kemampuan praktis. Peningkatan status dan peningkatan kemampuan praktis ini harus sejalan dengan tuntutan tugas yang diemban sebagai guru.
Sebagi tenaga profesional, guru dituntut memvalidasi ilmunya, baik melalui belajar sendiri maupun melalui program pembinaan dan pengembangan yang dilembagakan oleh pemerintah atau masyarakat. Pembinaan merupakan upaya peningkatan profesionalisme guru yang dapat dilakukan melalui kegiatan seminar, pelatihan, dan pendidikan. Pembinaan guru dilakukan dana kerangka pembinaan profesi dan karier. Pembinaan profesi guru meliputi pembinaan kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi profesional, dan kompetensi sosial. Pembinaan karier sebagaimana dimaksud pada meliputi meliputi penugasan, kenaikan pangkat, dan promosi.
4 kompetensi guru tersebut melputi :1) kompetensi pedagogik yaitu :kemampuan mengelola peserta didik meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar dan aktualisasi diri berbagai potensi yang dimilikinya. 2) Kompetensi kepribadian adalah keprbadian pendidik yang mantab,stabil, dewasa arif dan bijaksana.menjadi teladan peserta didik dan berakhlak mulia.3) Kompetensi sosial adalah kemampuan guru berkomunikasi dan berinteraksi dengan peserta didik secara efektif, sesam pendidik, tenaga kependidikan maupun dengan wali / orang tua siswa dan masyarakat. 4) Kompetensi professional adalah kemampuan pendidik dalam penguasaan materi secara luas dan mendalam.
3. Melaksanan MBS
Model MBS yang diterapkan di Indonesia adalah Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah (MPMBS). Konsep dasar MPMBS adalah adanya otonomi dan pengambilan keputusan partisipatif. Artinya MPMBS memberikan otonomi yang lebih luas kepada masing-masing sekolah secara individual dalam menjalankan program sekolahnya dan dalam menyelesaikan setiap permasalahan yang terjadi. Selain itu dalam menyelesaikan masalah dan dalam pengambilan keputusan harus melibatkan partisipasi setiap konstituen sekolah seperti siswa, guru, tenaga administrasi, orang tua, masyarakat lingkungan dan para tokoh masyarakat.
Terdapat empat prinsip MBS yaitu prinsip equifinalitas, prinsip desentralisasi, prinsip pengelolaan mandiri dan prinsip inisiatif manusia yang secara jelas diuraikan sebagai berikut (Cheng, op.cit, hh, 48-58).
1. Prinsip Equifinalitas (Equifinality) yang didasarkan pada teori manajemen modern yang berasumsi bahwa terdapat perbedaan cara untuk mencapai tujuan. Manajemen sekolah menekankan fleksibilitas dan sekolah harus dikelola oleh sekolah itu sendiri berdasarkan kondisinya masing-masing. Prinsip equifinalitas ini mendorong terjadinya desentralisasi kekuasaan dan mempersilahkan sekolah memiliki mobilitas yang cukup, berkembang dan bekerja menurut strategi uniknya masing-masing untuk mengelola sekolahnya secara efekif.
2. Prinsip Desentralisasi (Decentralization). Konsisten dengan prinsip equifinalitas maka desentraslisasi merupakan gejala penting dalam reformasi manajemen sekolah modern. Dasar teori dari prinsip desentralisasi ini adalah manajemen sekolah dalam aktivitas pengajaran menghadapi berbagai kesulitan dan permasalahan. Oleh karena itu sekolah harus diberi kekuasaan dan tanggung jawab untuk menyelesaikan permasalahan secara efektif sesegera mungkin ketika permasalahan muncul. Tujuan dari prinsip desentralisasi adalah memecahkan masalah secara efisien dan bukan menghindari masalah. Maka MBS harus mampu menemukan permasalahan, memecahkannya tepat waktu dan memberi kontribusi terhadap efektivitas aktivitas belajar mengajar.
3. Prinsip Sistem Pengelolaan Mandiri (Self-Managing System). MBS tidak menyangkal perlunya mencapai tujuan berdasarkan kebijakan dari atas, tetapi menurut MBS terdapat berbagai cara untuk mencapai tujuan tersebut. Oleh karena itu amat penting dengan mempersilahkan sekolah untuk memiliki sistem pengelolaan mandiri (self-managing system) di bawah kendali kebijakan dan struktur utama, memiliki otonomi untuk mengembangkan tujuan pengajaran dan strategi manajemen, mendistribusikan sumber daya manusia dan sumber daya lain, memecahkan masalah dan meraih tujuan menurut kondisi mereka masing-masing. Karena sekolah menerapkan sistem pengelolaan mandiri maka sekolah dipersilahkan untuk mengambil inisiatif atas tanggung jawab mereka sendiri.
4. Prinsip Inisiatif Manusia (Human Initiative). Sesuai dengan perkembangan hubungan kemanusiaan dan perubahan ilmu tingkah laku pada manajemen modern, maka orang-orang mulai memberikan perhatian serius pada pengaruh penting faktor manusia dalam efektivitas organisasi. Perspektif sumber daya manusia menekankan pentingnya sumber daya manusia sehingga poin utama manajemen adalah untuk mengembangkan sumber daya manusia di sekolah untuk lebih berperan dan berinisiatif. Maka MBS bertujuan untuk membangun lingkungan yang sesuai dengan para konstituen sekolah untuk berpartisipasi secara luas dan mengembangkan potensi mereka. Peningkatan kualitas pendidikan terutama berasal dari kemajuan proses internal, khususnya dari aspek manusia.
4. Pelaksanaan kurikulum yang sarat muatan lokal
Muatan lokal ialah program pendidikan yang isi dan media penyampaiaanya dikaitkan dengan lingkungan alam , lingkungan social, lingkungan budaya dan kebutuhan daerah yang perlu dipelajari siswa ( ( SK Depdikbud No. 0412/U/1987 ). Kurikulum untuk sekolah ini perlu dirancang secara khusus tanpa meninggalkan tuntutan minimal kurikulum nasional. Pada tahap muatan lokal perlu mendapat prioritas muatan lokal sesuai dengan keunggulan wilayah tersebut. Anak akan terampil dan memiliki bekal untuk kehidupan. Pelaksanaanya melibatkan masyarakat melalui LKMD, PKK, LSM untuk mengawal dan menjamin pelaksanaan muatan lokal tersebut. Walaupun anak sudah mempelajari kertampilan dari lingkungan/ keluarga dipandang tepat jika pengetahuan dilingkungan dipadukan dengan pengetahuan di sekolah. Kegiatan tersebut dapat diwujudkan dalam pengembangan diri yang waktu pelaksanaannya disesuaikan dengan pembagian jadwal. Contoh kegiatan itu antara lain :
a. Program di daerah pertanian dan peternakan
Anak dikenalkan berbagai peluang usaha dari pertanian dan peternakan beserta cara pengelolaannya dengan managemen yang baik. Anak akan lebih tahu kelebihan usaha itu dan tertarik untuk mempraktekkan dirumah. Cara-cara peningkatan hasil pertanian dan penggunaan pupuk dan bahan kimia yang tepat juga sangat berguna.
b. Pembinaan ketrampilan tukang dan pengrajin
Anak mempelajari ketrampilan dasar menjadi pengrajin, dikenalkan berbagai bahan dasar, proses pembuatan sampai pada pemasaran. Penggunaan alat-alat pertukangan modern dan perawatannya sehingga pembuatan kerajinan lebih cepat dan lebih baik.
c. Pembinaan usaha industri kecil
Anak dikenalkan berbagai jenis usaha kecil seperti makanan, souvenir, hiasan rumah, peralatan sehari-hari terutama yang memeiliki ketersediaan bahan baku di daerah tersebut. Cara peembuatan, mengemas agar menarik dan pemasaran juga perlu di sampaikan.
Dari serangkaian ketrampilan diatas anak akan memilih sesuai inat selanjutnya ketrampilannya akan lebih terasah pada jenjang pendidikan selanjutnya. Untuk mendapatkan hasil maksimal perlu strategi khusus( Philip H. Comb &manzoor Ahmed :224-225 ) :
1. Ketrampilan yang dibina , tempat dan jadwal program pendidikan ini harus secara cermat disesuaikan dengan waktu , kebutuhan dan motivasi.
2. Ketrampilan yang dibina dan dianjurkan penerapannya janganlah tepat dari segi teknik, namun juga harus bias diaksanakan secara fisik dan ekonomis dalam keadaan khas di masyarakat mereka.
3. Metode yang diterapkan harus sesuai dengan khasanah bahasa serta gaya belajar kelompok peserta.
4. Usaha pendidikan harus dilaksanakan sebagai suatu rangkaian yang kontinyu.
5. Tujuan-tujuan pendidikan harus diperincikan secara tegas dari semula, sehingga langsung dapat diadakan evaluasi untuk mengadakan penyesuaian dan penyempurnaan.


5. keterkaitan dengan sektor-sektor lain secara terpadu
Dalam proses pembangunan sebagai usaha pengembangan martabat manusia pendidikan tidak berdiri sendiri. Pendidikan akan bermakna jika merupakan bagian dari usaha terpadu untuk meningkatkan martabat manusia. Pendidikan selain berfungsi mencerdaskan kehidupan bangsa juga untuk meningkatkan produktivitas perorangan dan masyarakat pada umumnya. Pendidikan merupakan bagian dari usaha terpadu atau salah satu faktor penting untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat, meningkatkan pendapatan, dan memperluas peluang kerja. Untuk itu (Tilaar.H.A.R.Dr.Prof : 115 ) menyatakan : Pembangunan Kawasan Terpadu merupakan konsep yang sangat ideal untuk menangani pembangunan daerah terpencil, termasuk pembangunan sektor pendidikan.


ABSTRAK

Rabu, 20 Mei 2009

CONTOH KARYA ILMIAH

JUDUL
MENINGKATKAN KETRAMPILAN MENULIS KARANGAN NARASI MELALUI MEDIA GAMBAR SERI PADA SISWA KELAS V SDN II WONOBOYO
OLEH : SRI WASITO
BAB I
PENDAIIULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Banyak guru Sekolah Dasar ( SD ) mengalami kesulitan untuk membiasakan anak belajar menulis. Penyebabnya adalah kesalahan dalam hal pengajaran yang terlalu kaku sehingga menimbulkan kesan bahwa menulis itu sulit. Selain itu guru SD banyak pula yang belum memahami pentingnya keterampilan menulis. Belum banyak dari mereka yang bisa menyuguhkan materi pelajaran dengan cara yang tepat dan menarik. Maka dari itu, wajar jika murid pun akhirnya tidak mampu dan tidak menyukai pelajaran menulis (mengarang).
Indikatornya yaitu hasil tulisan siswa yang relatif rendah baik kuantitas maupun kualitasnya. Siswa SD menulis kurang dari 1 halaman dan masih sedikit tulisannya yang dinilai baik, yaitu gagasannya diungkapkan secara jelas dengan urutan yang logis. Pada umumnya anak kurang dapat mengelola gagasan secara sistematis.
Mengapa hal tersebut terjadi sementara jam pelajaran Bahasa Indonesia sendiri memiliki porsi yang cukup banyak? Selama ini siswa jarang menulis dengan kata-kata mereka sendiri. Mereka hanya menyalin tulisan dari papan tulis, dan seakan-akan "diseragamkan" tulisan mereka tersebut. Hal tersebut berakibat pada dangkalnya penguasaan kosakata untuk mengungkapkan gagasan dengan kata-kata lain dan kurang dapat berfikir logic karena mereka selalu dituntun dan jarang diberi kesempatan bertanya.
Selain itu sebagian guru memandang bahwa keberhasilan siswa lebih banyak dilihat dari nilai yang diraih dalam tes, ulangan umum, dan Ujian Akhir Nasional (UAN). Nilai-nilai dari tes itulah yang dijadikan barometer keberhasilan pengajaran. Guru hanya memberikan latihan atau pembahasan terhadap soal-soal yang bersifat reseptif, seperti membaca, bukan terhadap soal-soal yang bersifat produktif, seperti berbicara dan menulis. Perlu diingat bahwa soal-soal UAN tidak memasukkan materi menulis atau mengarang, maka semakin tersingkirlah keterampilan menulis dari perhatian guru.
Penjelasan di atas seolah-olah memojokkan posisi guru. Posisi ini harus diubah dengan perubahan-perubahan yang dilakukan oleh guru. Perubahan tersebut bisa berupa inovasi dalam hal penyampaian dan penggunaan media pengajaran .karena kunci sukses pengajaran bukan terletak pada kecanggihan kurikulum atau kelengkapan fasilitas sekolah, melainkan tingkat kredibilitas seorang guru di dalam mengatur dan memanfaatkan media yang ada di dalam kelas.
Penggunaan media sangat penting kehadirannya dalam pelajaran. Minimnya penggunaan media oleh guru selama ini perlu ubah sedikit demi sedikit. Hal ini dimaksudkan agar siswa tidak hanya tinggi kualitas teoritisnya tetapi juga tinggi kualitas praktisnya. Siswa hanya dijejali teori-teori tentang menulis, cara menulis, ketentuan-ketentuan menulis sementara teori tersebut jarang dipraktekkan. Pembelajaran yang konvensional ini tentu saja jarang atau bahan tidak menggunakan media, padahal pemanfaatan media memiliki peran yang penting terhadap pencapaian kualitas pembelajaran.
Keadaan seperti itu terjadi di sekolah dasar pada umumnya, termasuk di SD Wonoboyo II, Wonogiri. Dari penilaian terhadap tugas menulis narasi yang dilakukan, masih banyak anak memperoleh nilai di bawah 70. penilaian tugas tersebut didasarkan pada aspek ejaan, kohesi, koherensi, dan kelogisan. Kelemahan siswa yang paling utama terletak pada aspek kelogisan, siswa mengalami kesulitan dalam menyusun karangan yang logis. Pada aspek ejaan siswa juga mengalami kelemahan. Kesalahan yang sering muncul adalah penggunaan huruf kapital yang tidak sesuai dengan EYD. Pada aspek kohesi dan koherensi, siswa juga mengalami kelemahan, kekurangtepatan dalam menggabungkan kalimat merupakan tanda dari kelemahan mereka.
Rendahnya kemampuan menulis narasi di atas merupakan masalah yang dihadapi guru. Setelah dilakukan wawancara dengan pihak terkait seperti kepala seolah, guru kelas V dan siswa dapat ditarik kesimpulan mengenai factor-¬faktor penyebab rendahnya kemampuan menulis narasi tersebut.
1. Dalam pembelajaran berlangsung, guru hanya menggunakan metode ceramah, tanpa ada metode tanya jawab dan pemodelan.
2. Guru jarang menggunakan media lain selain papan tulis dalam setiap pembelajaran.
3. Siswa kurang aktif bertanya apabila ada materi yang kurang dimengerti.
Pemecahan masalah tersebut yaitu dengan memilih media yang tepat dalam pembelajaran. Penggunaan media gambar berseri untuk pengajaran menulis narasi. Dianggap tepat dan mampu meningkatkan kemampuan menulis narasi. Selain itu, biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh media ini tidak besar sehingga gambar-gambar yang" diberikan pada siswa dapat bervariasi. Dengan adanya variasi gambar, siswa tidak akan jenuh. Alasan lain yang penggunaan media ini adalah dengan ditampilkannya gambar berseri, siswa akan belajar berpikir logis mengenai hubungan sebab akibat, kaitan antara satu kegiatan dengan kegiatan yang lain yang mengikutinya. Soedjito dan Mansyur Hasan (1990: 59) menuliskan bahwa karangan atau tulisan yang baik adalah yang ditulis sesuai dengan urutan yang logis.






B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut.
1. Apakah penggunaan media gambar berseri dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran menulis karangan narasi pada siswa kelas V SD Negeri II Wonoboyo,Wonogiri?
2. Apakah penggunaan media gambar berseri dapat meningkatkan kualitas hasil pembelajaran pada menulis karangan narasi siswa kelas V SD Negeri II Wonoboyo,Wonogiri?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk :
1. Meningkatkan proses pembelajaran menulis menggunakan media gambar berseri pada siswa kelas V SD Negeri II Wonoboyo,Wonogiri.

2. Meningkatkan kualitas hasil pembelajaran menulis menggunakan media gambar berseri pada siswa kelas V SD Negeri II Wonoboyo,Wonogiri.

D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoretis
Hasil penelitian ini dapat dipakai :
a. untuk mengetahui secara nyata tentang peningkatan keterampilan menulis
narasi menggunakan media gambar berseri
b. sebagai acuan pembelajaran yang inovatif
c. sebagai fakta pembelajaran menulis yang menerapkan media gambar berseri
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Siswa
1) Dengan diterapkan media gambar berseri, pembelajaran menulis siswa SD akan lebih bermakna dan lebih optimal.
2) Dengan diterapkan media gambar berseri pada pembelajaran menulis, siswa SD akan dilatih dan dibiasakan berpikir logis mengenai hubungan sebab-akibat.
b. Bagi Guru
1) Meningkatkan kinerja guru karena dengan media gambar berseri dapat mengefek-tifkan waktu pembelajaran.
2) Media gambar berseri sebagai sarana bagi guru untuk memotivasi siswa
untuk lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran menulis.
3) Menciptakan pembelajaran yang inovatif dan menyenangkan sehingga
dapat menarik perhatian siswa.
c. Bagi Sekolah
1) Mendorong guru lain untuk aktif melaksanakan pembelajaran yang inovatif.
2) Sebagai inovasi pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru.















BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kajian Pustaka
1. Pembelajaran Bahasa Indonesia di SD
a. Pengertian Pembelajaran Bahasa Indonesia di SD
Kurikulum KTSP (Departemen Pendidikan Nasional, 2006b:317) menyebutkan tujuan, pembelajaran bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional peserta didik dan merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua bidang studi. Pembelajaran bahasa diharapkan membantu peserta didik mengenal dirinya, budayanya, dan budaya orang lain, mengemukakan gagasan dan perasaan, berpartisipasi dalam masyarakat yang menggunakan bahasa tersebut, dan menemukan serta menggunakan kemampuan analitis dan imaginatif yang ada dalam dirinya. Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tulis, serta menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya kesastraan manusia Indonesia.
Dalam kurikulum KTSP, siswa harus menguasai batas minimal. kompetensi yang diharapkan. Hal ini telah dirancang dalam standar kompetensi. Standar kompetensi mata pelajaran bahasa Indonesia merupakan kualifikasi kemampuan minimal peserta didik yang menggambarkan penguasaan pengetahuan, keterampilan berbahasa, dan sikap positif terhadap bahasa dan sastra Indonesia. Standar kompetensi ini merupakan dasar bagi didik untuk memahami dan merespons situasi lokal, regional, nasional dan global.
Ruang lingkup pembelajaran Bahasa Indonesia adalah siswa akan diajari empat keterampilan berbahasa yang merupakan caturtunggal keterampilan berbahasa yang saling terkait dan berhubungan. Hal senada diungkapkan oleh Henry Guntur Tarigan (1985: 1) bahwa empat keterampilan

berbahasa yang disebut caturtunggal saling berkaitan satu sama lain dan tidak bisa dipisahkan di antara keempat aspek tersebut. Meskipun demikian, para ahli bahasa sepakat bahwa menyimak adalah keterampilan berbahasa yang paling awal dipelajari seseorang, Sebaliknya keterampilan menulis merupakan keterampilan yang paling akhir dipelajari. Keterampilan menyimak dan berbicara dipelajari sebelum memasuki sekolah (Henry Guntur Tarigan, 1985: 1), sedangkan ketrampilan membaca dan menulis pada umumnya didapatkan setelah mereka memasuki sekolah formal, sedangkan keterampilan membaca dan menulis para siswa SD pada umumnya memiliki kualitas yang hampir sama karena diajarkan secara formal dengan cars yang hampir sama.
2. Keterampilan Menulis Narasi di SD
a. Keterampilan Menulis
Keterampilan menulis merupakan salah satu dari empat keterampilan berbahasa. Menurut Henry Guntur Tarigan (dalam Agus Suriamiharja, Akhlan I-lusen, dan Nunuy Nurjanah, 1997: 1) menulis adalah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang, sehingga orang lain dapat membaca lambang. Grafik tersebut kalau mereka mernaharni bahasa dan gambaran graft tersebut.
Otak kita terdiri dari dua bagian, yakni belahan otak kiri dan kanan. Bobbi DePoter dan Mike Hernacki (2003: 179) menuliskan bahwa menulis merupakan aktivitas seluruh otak yang menggunakan belahan otak kanan(emosional) dan belahan otak kiri (logika). Keduanya memiliki peran dalam keberhasilan menulis. Meski begitu, peran otak kanan harus didahulukan karena pada otak kananlah gagasan baru, gairah dan emosi muncul. Ketiga hal tersebut merupakan bahan bakar dalam menulis. Bila kekurangan bahan bakar tersebut, seeorang akan mengalami masa kemacetan. Keadaan seperti ini menjadi hambatan dalam menulis.
Menurut Sabarti Akhadiah (1999: 2) kemampuan menulis merupakan kemampuan yang komplek, yang menuntut sejumlah pengetahuan dan keterampilan. Keterampilan yang dimaksud disini tentu keterampilan yang bersifat reseptif seperti menyimak clan membaca yang akhirnya diaktualisasikan melalui kegunaan produktif seperti menulis clan berbicara.
Menulis itu seperti berbicara. Menyampaikan sebuah pesan, bisa berupa informasi, pemikiran, ajakan atau unek-unek (Romli, 2007). Keduanya, menulis dan berbicara, merupakan keterampilan bahasa yang produktif, hanya berbeda dalam hal penyampaian, yang satu dalam bentuk tulisan clan satunya dalam bentuk lisan.
Ada empat tahap yang dilalui dalam menulis (Romli, 2007), yakni pramenulis, penulisan naskah awal, perbaikan dan koreksi naskah dan substansi.
1) Pramenulis (Prewriting) adalah proses berpikir untuk menentukan tujuan tulisan, menyesuaikan gaya bahasa dan bahasan dengan pembaca, memilih topik
2) Penulisan- naskah awal (outlining) setelah topik dipilih, saatnya membuat garis besar tulisan
3) Perbaikan (rewriting/revising stage), yakni menulis ulang atau
memperbaiki naskah awal tadi. Pastikan tulisan jelas dan mudah
dimengerti, kalimat benar, jelas, dan efektif, tiap paragraf sinkron, dan
pembaca dapat mernahami tulisan yang dibuat.
4) Koreksi naskah dan substansi (editing) tahap final dalam penulisan
Dari pengertian tentang menulis diatas, dapat disimpulkan bahwa keterampilan menulis adalah kernampuan seseorang dalam melukiskan lambang grafis yang dimengerti oleh penulis bahasa itu sendiri maupun oran lain yang mempunyai kesamaan pengertian terhadap simbol-simbol bahasa tersebut.
Keterampilan menulis dipengaruhi oleh beberapa faktor. Fah-tor-faktor tersebut adalah maksud dan tujuan penulis, pembaca atau pemirsa, dan waktu atau kesempatan. Untuk dapat menulis dengan baik, yang harus terlebih dulu dilakukan adalah menentukan maksud dan tujuan penulisan agar pembaca memahami arah dan tujuan penulisan. Selanjutnya adalah memahami kondisi pembaca. Dan yang terakhir adalah wah~tu dan kesempatan, tulisan yang dibuat harus sesuai dengan berlangsungnya suatu kejadian sehingga menraik untuk dibaca.





b. Narasi
Berdasarkan bentuk tulisan, Weaver Colrn dalam Suyitno dan Purwadi (2000: 8) membuat klasifikasinya sebagai berikut. 1) Eksposisi, yang mencakup definisi dan analisis. 2) Deskripsi, yang mencakup deskripsi eksposisi dan literer.
3) Narasi, yang mencakup urutan walau, motif, konflik, titik pandangan dan
pusat minat.
4) Argumentasi, yang mencakup induksi dan deduksi.
Pendapat di atas dikuatkan oleh Morris (Suyitno dan Purwadi, 2000: 18). Sedangkan Chenfeld membuat klasifikasi atas tulisan kreatif yang memberi penekanan pada ekspresi diri ' pribadi dan tulisan ekspositori yang
rnencakup penulisan surat, penulisan laporan, resensi buku dan rencana penelitian. Brooks dan Warren mengungkapkan pendapat yang berbeda pula. Mereka membuat klasifikasi sebagai berikut: eksposisi, persuasi, argumen dan deskripsi.
Ragam tulisan yang menjadi titik perhatian peneliti adalah narasi. Berikut akan dipaparkan beberapa pendapat mengenai pengertian narasi.
Gorys Keraf (1989: 135-136) mengungkapkan bahwa narasi adalah suatu bentuk wacana yang berusaha mengisahkan suatu kejadian atau peristiwa sehingga tampak seolah-olah pembaca melihat atau mengalami sendiri peristiwa itu. Hal yang perlu mendapat perhatian dalam narasi adalah perbuatan atau tindakan dan waktu (rangkaian waktu), rangkaian waktu inilah yang nantinya menjadi pembeda antara narasi dan deskripsi atau dengan kata lain, narasi adalah suatu bentuk wacana yang sasaran utamanya adalah tindak tanduk yang dijalin dan dirangkaikan menjadi sebuah peristiwa yang terjadi dalam satu kesatuan waktu.
Menunrt Sujanto, J. Ch (1988: 111) narasi adalah jenis paparan yang biasa digunakan oleh para penulis untuk menceritakan tentang rangkaian kejadian atau peristiwa yang berkembang melalui waktu. Secara singkat, narasi adalah paparan suatu proses.
Ciri utama dari karangan narasi adalah gerak atau perubahan keadaan suatu waktu menjadi keadaan yang lain pada waktu berikutnya melalui peristiwa-peristiwa yang berangkai selain ciri utama tersebut, narasi juga memiliki suatu karakteristik, yakni hampir semua isi di dalamnya menceritakan manusia.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa narasi adalah suatu karangan yang menceritakan suatu kejadian dengan urutan waktu.


c. Keterampilan Menulis Narasi
Telah dijelaskan tentang mengenai pengertian keterampilan menulis dan ragam tulisan narasi. Kesimpulan yang dapat diambil dari urutan di atas adalah keterampilan menulis narasi merupakan keterampilan seseorang dalam menungkapkan gagasannya dalam bentuk karangan yang menceritakan suatu kejadian dengan suatu urutan waktu tertentu.
3. Media Gambar Berseri
a. Pengertian Media Pengajaran
Seorang ahli kornunikasi, Mc Luhan, memberi batasan media yang sangat luas sehingga mencakup semua alat komunikasi dari seseorang ke orang lain yang sedang tidak berhadap-hadapan (Basuki Wibawa dan Farida Mukti, 2001: 11). Menunit batasan ini, bukan hanya surat, televisi dan telepon, melainkan jalan dan jalur kereta api juga termasuk media.
Media adalah pembawa pesan yang berasal dari suatu sumber pesan (yang dapat berupa orang atau benda) kepada penerima pesan (Romiszowski dalam Basuki Wibawa dan Farida Mukti, 2001: 12). Hal senada juga diungkapkan oleh Arif S. Sadiman (1993: 1) bahwa media adalah perantara atau pengantar pesan dari penyusun ke penerima pesan.
Dalam proses belajar mengajar, penerima pesan adalah siswa. Media interaksi dengan siswa melalui udara mereka. Siswa dirangsang untuk menerima pesan tersebut, bahkan adakalanya digunakan kombinasi beberapa indera untuk menerima pesan yang lebih lengkap. Pesan yang ingin disampaikan adalah isi pelajaran yang berasal dari kurikulum.
Media pengajaran, menurut Arif S. Sadiman (1993: 4) dimaknai sebagai segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat siswa sedemikian nipa sehingga proses belajar terjadi. Pengertian tersebut bermakna sangat luas, berbeda dengan pengertian yang diungkapkan oleh Gene L. Wilkinson (1984: 5). Menurutnya, media pengajaran adalah segala alat dan bahan selain buku teks yang dapat dipakai untuk menyampaikan informasi dalam situasi belajar mengajar.
b. Jenis Media Pengajaran
Menurut Basuki Wibawa dan Farida Mukti (2001: 35), jenis media pengajaran dibedakan menjadi 4, yaitu media audio, media visual, media audiovisual dan media serbaneka.
1) Media Audio berfungsi untuk menyalurkan pesan audio dari sumber ke penerima pesan. Pesan yang disampaikan dituangkan dalam lainbang¬lambang auditif verbal, non verbal, maupun kombinasi keduanya. Media audio berkaitan erat dengan indera pendengaran. Ada beberapa jenis media audio, yakni radio, piringan audio, pita audio, telepon dan taperecorder.
2) Media Visual dibedakan menjadi dua yaitu media visual diam dan medial visual gerak. Media visual diam antara lain: foto, ilustrasi, flash card, gambar kartun bisu yang diproyeksikan, peta dan globe. Contoh media visual gerak antara lain film.
3) Media Audio Visual memiliki kemampuan untuk mengatasi kelemahan dari media visual dengan suara. Media ini menjadi lebih efektif penggunaannya bila dibandingkan dengan media visual saja. Pada dasarnya, media audio visual dibedakan menjadi dua sesuai karakteristiknya, yaitu media audio visual diam dan media audio visual gerak. Contoh media audio visual diam antara lain: Slow scan TV, TV diam, film rangkai bersuara, halaman bersuara, dan buku bersuara. Contoh media audio visual gerak adalah film bersuara, pita video, film TV, dan gambar bersuara.
4) Media Serbaneka. Media ini memiliki kesamaan sekaligus perbedaan karakteristik dengan ketiga media sebelumnya. Sehingga disebut media serbaneka. Yang termasuk ke dalam media ini adalah papan tulis, media tiga dimensi, realita, dan sumber belajar pada masyarakat seperti karya wisata dan kemah kerja.


c. Pengertian Media Gambar Berseri
Guru dapat menyampaikan pelajaran dengan meaggunakan media gambar sebagai pendukung. Penggunaan media gambar dapat membantu siswa untuk memusatkan perhatian terhadap materi yang disampaikan. Media gambar dapat berupa gambar berseri maupun gambar lepas. Gambar berseri merupakan sejumlah gambar yang menggambarkan suasana yang sedang diceritakan dan menunjukkan adanya kesinambungan antara gambar yang satu dengan lainnya, sedangkan gambar lepas merupakan gambar yang nienunjukkan situasi ataupun tokoh dalam cerita yang dipilih untuk menggambarkan situasi-situasi tertentu, antara gambar satu dengan lainnya tidak menunjukkan kesinambungan (Ella Farida Tizen, 2008).
Sesuai penjelasan diatas, dapat disimpulkan pengertian media gambar berseri adalah media pembelajaran yang digunakan oleh guru yang berupa gambar datar yang mengandung cerita, dengan urutan tertentu sehingga antara satu gambar dengan gambar yang lain memiliki hubungan cerita dan membentuk satu kesatuan.
Media gambar berseri merupakan golongan atau jenis media visual gambar daiar. Media gambar memiliki kelebihan sebagai berikut.
a) Umumnya murah harganya, media gambar menggunakan kertas sebagai
bahan baku sehingga harga relalif murah.
b) Mudah didapat, untuk mendapatkannya guru bisa menggandakan dengan
cara memfotokopi.
c) Mudah digunakannya, penggunaan media ini cukup dilihat dengan mata
saja tanpa ada pengguaan alat lain sebagai penyerta.
d) Dapat memperjelas suatu masalah.
e) Lebih realistis.
f) Dapat membantu mengatasi keterbatasan pengamatan.
g) Dapat mengatasi keterbatasan ruang dan waktu.


Namun demikian media visual juga memiliki keterbatasan antara lain :
a) semata-mata hanya medium visual;
b) ukuran gambar seringkali kurang tepat untuk pengajaran dalam kelompok besar.
c) memerlukan ketersediaan sumber clan ketrampilan dan kejelian guru uniuk dapat memanfaatkannya.





























BAB III
KESIMPULAN
Dari pemaparan karya ilmiah tentang penggunaan media gambar berseri untuk meningkatkan ketrampilan menulis karangan narasi siswa kelas V SD, dapat disumpulkan bahwa: terdapat peningkatan kualitas pembelajaran baik proses maupun hasil ketrampilan menulis narasi pada siswa kelas V SD Negeri II Wonoboyo. Peningkatan ini terjadi setelah guru melakukan beberapa upaya untuk meningkatkan ketrampilan menulis yaitu dengan penggunaan media gambar berseri. Hal tersebut dilihat dari hasil sebagai berikut :
1. Proses pembelajaran : Adanya peningkatan minat siswa untuk mengarang narasi dan menulis secara umumnya. Siswa lebih antusias menjawab pertanyaan guru dan aktif meminta penjelasan guru apabila belum jelas selama pembelajaran berlangsung.
2. Hasil pembelajaran : Adanya peningkatan kualitas tulisan dengan peningkatan penguasaan aspek-aspek menulis seperti kosakata, ejaan, tata kalimat, dan kelogisan berpikir.

SARAN
Guru-guru SD hendaknya menerapkan cara mengarang narasi dengan media gambar berseri untuk meningkatkan ketrampilan menulis siswanya. Pemilihan gambar hendaknya di sesuikan tema pembelajaran dan pilih gambar yang atraktif agar siswa tidak jenuh dalam belajar menulis.








DAF'I'AR PUSTAKA


Agus Suriamiharja, Akhlan Husen dan Nunuy Nurjanah. 1997. Petunjuk Praktis Menulis. Jakarta : Depdikbud.


Arif S Sadiman. 1993. Media Pendidikan : Pengertian, Pengembangan dan Pemarzfaatannya. Jakarta. Raja Grafmdo Persada.

Basuki Wibawa dan Farida Mukti. 2001. Media Pengajaran. Bandung : Maulana.

Bobbi De Porter and Mike Hernaki. 2003. Quantum Learning: Membiasakan Belajar Nyaman dan Menyenangkan. Bandung : Kaifa.

Darmiyati Zuchdi dan Budiasih. 2001. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Kelas Rendah. Yagyakarta : PAS.

Departemen Pendidikan. Nasional. 2006a. Panduan Pengembangan Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah. Jakarta : Media Pustaka

. 2006b. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 Tanggal 23 Mei 2006 SYandar Isi Kerangka Dasar & Struktur Kurikulum. Jakarta : Depdiknas.

Dimyati dan Mudjiono. 1999. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta.

Gene L. Wilkinson. 1984. Media dalam Pembelajaran : Penelitian selama 60 Tahun. Jakarta : Rajawali.

Gorys Keraf 1989. Argumenlasi dan Narasi. Jakarta : Gramedia.

Helpian Purnama. 2007. Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah "Metamorfosis Untuk Menjadi Kepompong ". Dalam httpa/asep¬

Henry Guntur Tarigan. 1985. Berbicara : Sebagai sualu Keterampilan Berbahasa. Bandung : Angkasa.


Ngalim Purwanto, M dan Djeinah Alim 1997. Metodologi Pengajaran Bahasa Indonesia di SD. Jakarta : PT Rosda Jayaputra.

Sabarti Akhadiah, Mardar G. Arsjad, dan Sakura H. Ridwan. 1999. Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia. Jakarta : Erlangga.

Soedjito dan Mansyur Hasan. 1990. Keterampilan Menulis Paragraf. Bandung : Remaja Rosdakarya.

Sujanto, J. Ch. 1988. Keterampilan Berbahasa : Membaca, Menulis, Berbicara unluk A1ata Kuliah Dasar Umum Bahasa Indonesia. Jakarta : Depdikbud.

Minggu, 03 Mei 2009

BIMBINGAN KARIR KELAS TINGGI

PROGRAM PELAYANAN BIMBINGAN
DAN KONSELING
( P.P.B.K )

1. Hari da Tanggal :
Sabtu 11 April 2009

2. Bidang Bimbingan dan Konseling :
Bimbingan Karir

3. Jenis Layanan B dan K:
Layanan Informasi

4. Fungsi Layanan B&K :
Fungsi Pemahaman tentang informasi

5. Topik Permasalahan /bahasan :
Melatih siswa membayangkan hal-hal yang akan dilakukan pada usia kira-kira 25 tahun yang akan datang

6. Sasaran Layanan : Kelompok
a. Kelas / Semester & tahun : V / II tahun 2009

7. Tujuan Layanan / Hasil yang diharapkan :
a. Mengenal macam-macam dan cirri-ciri dari berbagai jenis pekerjaan yang ada.
b. Merencanakan masa depan
c. Membantu arah pekerjan.
d. Menyesuaikan ketrampilan , kemampuan dan minat dengan jenis pekerjaan
e. Membantu mencapai cita-cita.



8. Kegiatan dan Materi Layanan :
a. Pendahuluan :
Tanya jawab kegiatan yang dilakukan orang – orang disekitar missal orang tua, kakak, saudara, tetangga yang umurnya kira-kira 25 tahun.

b. Inti :
 Siswa dibimbing guru menyimpulkan bahwa pekerjaan ada berbagai macam jenis.
 Guru menjelaskan bahwa semua pekerjaan itu baik dan akan berhasil dengan ketekunan.
 Siswa diminta memilih salah satu pekerjaan yang sesuai minat dan bakatnya.
 Siswa diminta membayangkan gambaran kegiatannya,
 Siswa diminta menuliskan langkah-langkah yang dilakukan sejak dini untuk mencapai cita-cita itu .
 Guru menunjuk anak sebagai contoh dan membacakan hasil di depan kelas.
 Guru membimbing dan mengoreksi yang kurang benar.
 Siswa dan guru menyimpulkan bahwa untuk menggapai suatu pekerjaan harus dipersiapkan sejak dini.

c. Penutup :
Guru memberi motivasi siswa bahwa semua pekerjaan itu baik dan perlu usaha keras untuk mewujudkannya.usaha itu bias dilakukan sejak dini, sejak sekarang.

9. Metode / Strategi layanan :
Diskusi, Tanya jawab, Demonstrasi.

10. Media Layanan : -

11. Instrumen / Perlengkapan Layanan : -

12. Rencana Penilaian dan Tindak Lanjut layanan :
a. Metode / teknik penilaian :
Individu
b. Instrumen penilaian :
Kertas , Bolpoint.
c. Tindak Lanjut :
Siswa diminta menanyakan langkah-langkah menggapai pekerjaan tersebut kepada orang yang sudah bekerja.




Surakarta, 11 April 2009




Sri Wasito, A.Ma.

MENGAJAR DENGAN UNSUR CTL

UNSUR-UNSUR DALAM CTL
1. Konstruktivisme ( Constructivism )
2. Menemukan ( Inquiry )
3. Bertanya ( Questioning )
4. Masyarakat Belajar ( Learning Community )
5. Pemodelan ( Modeling )
6. Refleksi ( Reflection )
7. Penilaian yang sebenarnya ( Authentic Assesment )

Uraian unsur yang pernah saya ajarkan di SD dan cara mengajarkannya :

a. Konstruktivisme
Pada dasarnya semua siswa sudah memiliki pengetahuan dasar dari semua ilmu yang diajarkan di SD .Pengetahuan itu didapat dari keluarga , masyarakat maupun dari pengamatan di alam.
Contoh :
Mata pelajaran : Ilmu Pengetahuan Alam
Materi : Sifat-sifat air
Cara Mengajarkan :
 Guru menanyakan apa saja kegunaan air .
 Tanya jawab kemana air mengalir? Sungai, laut, danau . siapa pernah kesungai ? air mengalir dari mana ?
 Siswa menyimpulkan air mengalir dari tempat tinggi ketempat rendah.
 Guru menanyakan siapa pernah membuat minuman teh , kopi ?pernah…! tentu diberi gula supaya manis, apa yang terjadi? Gula hilang / larut.
 Siswa bias menyimpulkan air melarutkan berbagai zat.
 Dll
Pada dasarnya anak sudah tau dan pernah mengalami dalam kehidupan sehari hari jadi di sekolah tinggal menanyakan dan memperjelas pengetahuan dari siswa.


b. Menemukan
Siswa menemukan sendiri bukan mengingat fakta, konsep, kaidah .
Contoh :
Mata pelajaran : Ilmu Pengetahuan Alam
Materi : Magnet
Cara Mengajarkan :
 Guru membagi siswa dalam beberapa kelompok & membagikan 2 buah magnet + kereta mini.
 Siswa memperlakukan magnet beba bereksperimen. Siswa semakin penasaran, timbul berbagai hipotesis.
 Guru menginformasikan warna biru = kutub U, warna merah = kutub S. coba di perlakukan bebas lg.( bs didekatkan diatas meja/ bias juga menggunakan kereta mini)
 Siswa menemukan sifat dan menyimpulkan sendiri sifat magnet.
 Guru membimbing menyempurnakan simpulan.

c. Bertanya
Bertanya digunakan pada semua mata pelajaran. Namun pada materi tertentu bertanya ini diterapkan secara dominan untuk menggali informasi, membimbing, dan menilai kemampuan berpikir siswa.
Contoh :
Mata pelajaran : Ilmu Pengetahuan Sosial
Materi : ASEAN
Cara Mengajarkan :
 Guru mengajak siswa untuk membaca dan mencermati bacaan ASEAN di buku pegangan.
 Guru menanyakan : - Kapan berdiri ?
- Sejarah berdirinya ?
 Guru menjelaskan singkat sejarahnya dan menghubungkan siapa saja penanda tangan deklarasi bangkok ? berasal dari manakah dia ?selanjutnya menayakan :
- Berapa jumlah anggota ASEAN sekarang ?
- Dimana Ibukota negara – negara tersebut ?
- Membahas profil negara satu persatu.
Misal Negar singapura .guru menanyakan.
 Ibukota Negara ?
 Mata uang?
 Lagu Kebangsaan ?
 Mata pencaharian penduduk?
 Agama penduduk?
 Sistem Pemerintahan ?
 Dll
Tampak pertanyaan-pertanyaan mendominasi pelajaran.

d. Masyarakat Belajar
KBM Masyarakat belajar terjadi komunikasi antar teman seperti dalam kelompok belajar, Kelompok diskusi, kelompok dalam game , belajar denag teman sederajat lain kelas, atau bahkan kelas lebih tinggi. Diharapkan siswa saling berjadi tkar informasi dan pengalaman tetntang materi. ( sharing and growing together )
Contoh :
Mata pelajaran : Ilmu Pengetahuan Alam
Materi : Bencana Alam
Cara Mengajarkan :
 Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok
 Guru memberi kertas bertuliskan 1 bencana alam pada masing2 kelompok missal : banjir, kebakaran hutan, tanah logsor dll.
 Siswa diminta menuliskan semua pengetahuannya tentang bencana tersebut dengan teman sekelompoknya.
 Siswa akan bertukar informasi, saling melengkapi hingga akan dihasilkan kesimpulan seperti : penyebab terjadinya, cara penanggulangan dll.


e. Pemodelan
KBM mendatangkan model tidak hanya warga sekolah seperti guru, KS, karyawan tapi masyarakat luar yang kompeten dan sesuai dengan materi yang diajarkan.
Contoh :
Mata pelajaran : Ilmu Pengetahuan Alam
Materi : kesehatan Lingkungan
Cara Mengajarkan :
 Guru Mendatangkan Petugas Puskesmas
 Guru memberitahukan ke anak akan mempelajari kesehatan lingkungan selanjutnya mempersilahkan petugas puskesmas menyampaikan materi.
 Pada akhir dan petugas selesai guru menanyakan hal yang berkaitan materi sebagi / inti materi untuk simpulan.
f. Refleksi
Berpikir tentang apa yang baru dipelajari dan mengingat tentang apa yang dipelajari dimasa lalu.
Contoh :
Mata pelajaran : Matematika
Materi : Pecahan
Cara Mengajarkan :
 Guru mengajarkan cara mengubah pecahan biasa menjadi persen dan sebaliknya
 Guru memberi beberapa soal latihan dan mencocokkannya.
 Guru bertanya . kita hari ini telah mempelajarinya tentu kamu tidak akan kesulitan mengubah pecahan campuran menjadi persen? Karena kemarin sudah mempelajari mengubah pecahan campuran menjadi pecahan biasa.
 Setiap mengajarkan materi pengembangan baru seperti : decimal, persen ke desimal dll selalu mengaitkan pengetahuan siswa yang lalu dan sudah dikuasai dengan materi sekarang.

g. Penilaian yang sebenarnya
Pengumpulan berbagai data untuk mengetahui gambaran perkembangan siswa.
Contoh :
Mata pelajaran : Bahasa Indonesia
Materi : terpadu.
Cara Mengajarkan :
 Guru mengajarkan cara mengarang yang benar( langkah-langkah, cara membuat kalimat penjelas, cara penulisan dll ) siswa memperhatikan dan mencatat. Siswa diberi kuis.
 Siswa berlatih dari soal guru.
 Guru mengecek kesulitan siswa, apakah penulisan kurang benar? Pembuatan kerangka karangan yang kurang tepat. Mengecek catatan anak.
 Anak membaca hasil didepan teman lain & guru membetulkan.
 Revisi, tulisan dinilaikan,
Tampak dalam pelajaran BI tersebut penilaian tidak hanya hasil akhir saja tapi dari pengembangan kalimat, catatan siswa, membaca nyaring, tulisan sehingga diharapkan siswa akan mendapatkan peniaian yang sebenarnya.

PENELITIAN KUALITATIF

1. Sejarah Singkat penelitian Kualitatif.
 Ada mulanya dipadang tidak ilmiah karena memiliki perbedaan yang sangat tajam dengan penelitian kuantitatif yang secara kuat menguasai penelitian disegala bidang ilmu.
 Dengan kekhasan dan tampil beda penelitian kualitatif semakin kuat posisinya dan sebagai pendekatan yang diakui dan semakin banyak pendukung dari pakar dan ilmuwan. Bahkan dipandang sebagai suatu alternative metodologi penelitian yang layak digunakan.
 Kini penelitian kualitatif lebih banyak digunakan karena dipandang lebih tepat , lebih-lebih pada penelitian terapan dalam berbagai bidang ilmu yaitu dalam penelitian kebijakan , pengembangan , evaluasi khususnya dalam ilmu politik, administrasi, organisasi, manajemen, psikologi dan perencanaan kota secara regionalsedang ilmu-ilmu yang lain mulai membuka diri menggunakan kualitatif.
2. Hakikat Penelitian Kualitatif
 Dalam penelitian kualitatif peneliti tidak dituntut untuk membentuk konsepsi atau teori sebelum penelitian dilakukan.
 Faktor stimulus atau kondisi antiseden memegang peranan penting.
 Berakar pada latare ilmiah secara menyeluruh
 Mengandalkan manusia sebagai alat penelitian , memanfaatkan metode kualitatif, mengadakan analisis data induktif, bersifat deskriptif, dengan sasaran menemukan teori dari dasar.
 Mementingkan proses daripada hasil, membatasi studi dengan focus tertentu.
 Dasar teoritis berttumpu pada pendekatan fenomologi, interaksi simbolik, kebudayaan dan etnometodologis.
 Hipotesis kerja dirumuskan sementara data dikumpulkan jadi tidak disusun sebelum nya, sedangkan pengujian hipotesis dilakukan dalam langkah “ reduksi data “






3. Ciri-ciri / karakteristik penelitian Kualitatifdan penelitian Kuantitatif
No Perbedaan Kuantitatif Kualitatif
1 Desain Spesifik, rinci Umum
2 Tujuan Menguji Teori Menemukan teori
3 Teknik Eksperimen, survey, observasi dan wawancara Observasi partisipasifm, trianggulasi, dokumentasi
4 Instrumen penelitian Tes, Angket, Wawancara Peneliti sebagai instrument
5 Data Berupa angka-angka Berupa pernyataan
6 Sampel Besar Kecil
7 Hubungan dengan responden Berjarak, sering tanpa kontak, jangka pendek Akrab, kedudukan sama, jangka panjang
8 Selesai penelitian Semua data direncanakn terkumpul Setelah tidak ada data baru/ jenuh
9 Analisis data Dediktif induktif

4. Teknik pengumpulan data penelitian kualitatif.
1) Peneliti sebagai instrumen
Peneliti sebagai instrumen dan pengamatan berperan serta tidak dapat dipisahkan dalam penelitian kualitatif karena peranan peneliti menentukan keseluruhan sekenario.
2) Pengamatan berperan serta
Mengamati peristiwa lebih dari sekedar informasi sehingga didapat informasi secermat mugkin sampai pada hal kecil sekalipun.
3) Observasi
Observasi dengan pengalaman secara langsung, mencatat perihal sebagaimana keadaan sebenarnya, terhindarkan dari bias, dengan observasi terbuka maupun tertutup.
4) Wawancara
Dilaksanakan dengan terstruktur ketat dengan pertanyaan tertutup tetapi dilaksanakan tidak terstruktur atau teknik wawancara mendalam.


5) Catatan lapangan
Coretan atau catatan seperlunya, kata-kata inti, gambar, sketsa, diagram dll, baru diubah dalam catatan lengkap dirumah.
5. Trianggulasi data
Trianggulasi : merupakan cara yang paling umum digunakan bagi peningkatan validitas dalam penelitian kualitatif. Trianggulasi ini merupakan teknik yang didasari pola pikir fenomologi yang bersifat multi perspektif . artinya untuk menarik simpulan yang mantap diperlukan tidak hanya satu cara pandang , melainkan bisa dipertimbangkan berbagai fenomena yang muncul dan selanjutnya dapat ditarik simpulan yang lebih mantap dan lebih bisa diterima kebenarannya.
Trianggulasi data ( trianggulasi sumber ) yasitu peneliti dalam mengumpulkan data wajib menggunakan berbagai macam sumber data yang tersedia.dengan demikian data yang sama atau sejenis akan lebih mantap kebenarannya bila digali dari beberapa sumber berbeda dan teknik pengumpulan data berbeda .
6. Garis besar proposal penelitian kualitatif
1. Judul Penelitian
2. Pendahuluan yang meliputi :
a. Latar Belakang
b. Fokus penelitian / pembatasan masalah
c. Rumusan Masalah
d. Tujuan Penelitian
e. Manfaat Penelitian
3. kajian pustaka yang meliputi :
a. Variabel Penelitian
b. Variabel Penelitian
c. Variabel Penelitian.





4. Metodologi penelitian yang meliputi :
a. Alasan Memakai Metode Penelitian Kualitatif
b. Tempat penelitian
c. Sampel dan sumber data
d. Teknik pengumpulan data
e. Teknik analisis data
f. Rencana Pengujian Keabsahan data

5. Jadwal penelitian
6. Organisasi Pelaksana
7. Biaya Penelitian
8. Daftar Pustaka

PEMELITIAN KUANTITATIF hubungan yang positif antara kemampuan guru dan motivasi belajar, dengan prestasi belajar Matematika siswa kelas V se-Gugus Ke

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Di era globalisasi sekarang ini untuk dapat berkembang dan bersaing di setiap aspek kehidupan tidak saja dibutuhkan keunggulan komparatif, tetapi yang sangat penting adalah keunggulan kompetitif. Keunggulan kompetitif merupakan nilai lebih yang harus ada, nilai ini bisa tercipta dari somber daya manusia ( SDM ) yang memiliki pengetahuan dan ketrampilan tinggi yang bertaraf internasional.
Sejalan dengan fungsi dan tujuan pendidikan kehidupan sehari-hari di Nomor 20 tahun 2003 pasal 3 tentang sistem pendidikan nasional yang menyatakan bahwa:
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermanfaat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi perserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. (R.I. 2003: 7).
Pendidikan merupakan bagian integral dari kehidupan manusia, sebab manusia ingin mewujudkan cita-citanya secara nyata dan menyerahkan kepada generasi berikutnya. Melalui pendidikan perilaku manusia dapat diubah dan melalui pendidikan itu pula nilai dan norma sosial budaya dapat dilestarikan kepada generasi berikutnya. Dengan demikian jelas bahwa pendidikan itu sangat penting bagi kehidupan manusia dan sangatlah wajar apabila dalam pembangunan bangsa mendapat prioritas utama.
Menurut Mardi Admaja (1993 : 19), "Pendidikan merupakan suatu usaha bersama dalam prows terpadu terorganisir untuk membantu manusia mengembangkan diri dan menyiapkan diri untuk mengambil tempat semestinya dalam mengembangkan masyarakat dan dunianya di hadapan Sang Pencipta".
Guru merupakan pendidik dan pengajar yang menyentuh kehidupan pribadi siswa. Oleh siswa sering dijadikan tokoh teladan, bahkan menjadi tokoh identifikasi diri. Karena itu, guru seyogyanya memiliki perilaku yang memadai untuk dapat mengembangkan diri siswa secara utuh. Menurut Natawidjaya (1989) sebagaimana yang dikutip oleh Wijaya (1991:2).


Untuk melaksanakan tugas profesionalnya, guru itu perlu memahami dan menghayati wujud siswa sebagai manusia yang akan dibimbingnya. Disisi lain, guru harus pula memahami dan menghayati wujud siswa lulusan sekolah sebagai gambaran hasil didikannya yang diharapkan oleh masyarakat sesuai dengan filsafat hidup dan nilai-nilai yang dianut oleh bangsa Indonesia.
Dari apa yang telah diuraikan di atas, maka dapat diperjelas lagi dengan pernyataan.Dari apa yang telah disampaikan di muka dapat diketahui pentingnya peran guru dalam pendidikan. Dalam penelitian ini guru mempunyai peran sebagai peletak landasan pembentukan dan meningkatkan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, nilai, sikap, kepribadian, budi pekerti, kedisiplinan dan meningkatkan pengetahuan, keterampilan kreativitas.
Dalam mendukung kegiatan di atas, peran guru pada anak sangat dibutuhkan. Akan tetapi hal ini kadang tidak berjalan sesuai dengan harapan, sebab seperti diketahui bersama bahwa guru dindonesia pada umumnya masih banyak yang belum memenuhi kualifikasi maupun kompetensi akademik. Sementara perkembangan teknologi yang pesat juga menuntut penguasaan dan penerapan dalam pembelajaran terlebih dengan di luncurkannya Buku Sekolah Elektronik.( BSE ) kompetensi guru dalam teknologipun suatu keharusan Sebagai dampak kompetensi yang dimiliki guru, maka dapat dimungkinkan akan tercipta pembelajaran yang terjamin kualitas dan terhindarkan dari miskonsepsi dalam ilmu pengetahuan sehingga dapat menumbuhkan rasa ketaqwaan pada Tuhan Yang Maha Esa, nilai, sikap, kepribadian, budi pekerti, kedisiplinan yang berbeda pula. Setelah proses pembelajaran anak dapat meningkatkan pengetahuan, nilai dan sikap dan ketrampilannya.
Selain hal di atas masih ada faktor yang mendukung anak dalam belajar yaitu sebab pemberian motivasi yang tepat akan dapat meningkatkan prestasi belajar anak.
Motivation is an essential condition of learning" bahwa motivasi menentukan intensitas usaha anak belajar. Adapun motivasi yang diperlukan anak adalah motivasi belajar. Motivasi adalah kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk melakukan suatu perbuatan. Jadi motivasi belajar adalah kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk belajar dan mencapai
suatu tujuan tertentu (Noehi Nasution, 1992 : 9).

Motivasi adalah suatu dorongan unuk melakukan kegiatan-kegiatan untuk mencapai tujuan tertentu. Jadi motivasi belajar dapat diartikan suatu dorongan yang
timbul untuk melakukan suatu perbuatan belajar. Hal tersebut menunjukkan bahwa motivasi merupakan suatu faktor yang sangat penting dalam belajar agar prestasi belajar dapat ditingkatkan seoptimal mungkin. Motivasi dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu motivasi instrinsik dan ekstrinsik. Motivasi instrinsik adalah dorongan yang berasal dari dalam diri individu, sehingga tidak usah dirangsang dari luar. Motivasi ekstrinsik adalah dorongan yang berasal dari luar individu, sehingga harus ada rangsangan dari luar. Motivasi yang lain adalah motivasi jasmaniah dan motivasi rohaniah. Motivasi jasmaniah antara lain berupa refleks, instink, nafsu, hasrat, otomatisme dan lain sebagainya. Motivasi rohaniah yaitu berupa kemauan. Sehubungan dengan hal di atas, maka motivasi dapat timbul dari dalam dan dari luar. Untuk motivasi dari luar dapat diupayakan oleh orang lain yaitu dari orang tua, guru, maupun teman-temannya.
.
Dewasa ini di Sekolah Dasar mata pelajaran yang ditakuti dan dianggap sebagai momok adalah mata pelajaran Matematika, karena Matematika merupakan pelajaran yang sulit dan kadang harus mengikuti pelajaran dengan terpaksa. Keadaan itu dapat dilihat dari prestasi belajar Matematika yang pada umumnya rendah dibandingkan dengan mata pelajaran yang lain.
Siswa yang memperoleh prestasi tinggi dalam mata pelajaran Matematika, bukan hanya disebabkan oleh kecerdasan yang tinggi atau anak yang tingkat kecerdasan normal. Prestasi Matematika rendah bukan disebabkan intelegensi saja, tetapi masih ada faktor lain yang terkait, antara lain kondisi psikologi siswa, minat belajar, kedisiplinan belajar, motivasi belajar dan tidak kalah pentingnya adalah kemampuan guru yang bertindak sebagai fasilitator dalam pembelajaran untuk meningkatkan prestasi belajar Matematika. Oleh sebab itu erat kaitannya antara kemampuan guru dan motivasi belajar siswa dengan pencapaian prestasi belajar mata pelajaran Matematika di Sekolah Dasar. Menurut penulis, sampai saat ini masih sedikit penelitian yang berkenaan dengan hal di atas.
Berdasarkan kenyataan tersebut di atas, maka penulis ingin meneliti seberapa jauh hubungan kemampuan guru dan motivasi belajar siswa dalam meningkatkan prestasi belajar anak dalam mata pelajaran Matematika. Oleh karena itu skripsi ini, berjudul "Studi Korelasi Antara Kemampuan Guru dan Motivasi Belajar dengan Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas V SDN Se-Gugus Kenanga Kecamatan Wonogiri Tahun Pelajaran 2008/2009".


B. Identifikasi Masalah
Dari latar belakang masalah di atas, maka identifikasi masalah yang dapat diambil adalah :
1. Kemampuan guru dalam hal ini kompetensi guru dalam belajar mengajar sangat penting dalam pencapaian prestasi belajar anak.
2. Motivasi merupakan suatu faktor yang sangat penting dalam mencapai prestasi belajar, baik motivasi instrinsik maupun ekstrinsik.
3.Anak beranggapan bahwa pelajaran Matematika sangat-menakutkan, oleh karena itu anak sangat membutuhkan perhatian dan motivasi belajar untuk meningkatkan prestasi belajar Matematikanya.

C. Pembatasan Masalah
Untuk memudahkan pembahasan masalah dan menghindari kesimpangsiuran masalah, maka peneliti membatasi masalah agar tidak meluas, agar lebih kongkret dan terarah.
Adapun dalam hal ini penulis membatasi masalah yang mencakup:
1 Kompetensi menunjuk kepada performance dan perbuatan yang rasional untuk memenuhi versifikasi tertentu di dalam pelaksanaan tugas-tugas kependidikan. Kemampuan guru untuk mengajar (merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi), mata pelajaran matematika.
2 Motivasi belajar adalah segala sesuatu yang mendorong seseorang untuk
bertindak dan mencapai tujuan dalam belajar. "
3. Prestasi belajar Matematika adalah segala hasil yang dicapai dalam belajar
Matematika yang berupa angka dan huruf.






D. Perumusan Masalah
Atas dasar identifikasi dan pembatasan masalah di atas, maka perumusan masalah yang akan penulis teliti adalah sebagai berikut :
1. Apakah ada hubungan yang positif antara Kemampuan Guru dengan prestasi
belajar Matematika siswa kelas V se-Gugus Kenanga Kecamatan Wonogiri?
2. Apakah ada hubungan yang positif antara motivasi belajar dengan prestasi belajar
Matematika siswa kelas V se- se-Gugus Kenanga Kecamatan Wonogiri?
3. Apakah ada hubungan yang positif antara kemampuan guru dan motivasi belajar,
dengan prestasi belajar Matematika siswa kelas V se-Gugus Kenanga Kecamatan Wonogiri?

E. Tujuan Penelitian
Dalam setiap penelitian yang dilaksanakan pasti mempunyai tujuan. Tujuan adalah sasaran yang ingin dicapai yang sekaligus sebagai pengarah dari tujuan penelitian. Demikian juga dalam penelitian ini juga ada tujuan tertentu yang ingin dicapai.
Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui :
1. Ada tidaknya hubungan antara kemampuan guru dengan prestasi belajar Matematika siswa kelas V SDN se-Gugus kenanga Banjarsari Surakarta.
2. Ada tidaknya hubungan antara motivasi belajar dengan prestasi belajar,
Matematika siswa kelas V SDN se-Gugus IV Kecamatan Banjarsari Surakarta.
3. Ada tidaknya hubungan antara kemampuan guru dan motivasi belajar, dengan prestasi belajar Matematika siswa kelas V SDN se-Gugus Kenanga Kecamatan Wonogiri.



F. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoretis
a. Memberi informasi tentang pentingnya kemampuan guru dan motivasi belajar bagi anak.
b. Bermanfaat bagi masyarakat untuk menyediakan kondisi yang tetap bagi kemajuan pendidikan.
c. Dengan kemampuan guru dan motivasi belajar yang tinggi dapat meningkatkan mutu pendidikan.

2. Manfaat Praktis
a. Memberi motivasi kepada guru untuk meningkatkan proses belajar mengajar.
b. Memberi motivasi kepada siswa untuk meningkatkan kegiatan belajar dan
prestasinya.
















BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori
1. Kemampuan Guru
a. Pengertian Kemampuan
Istilah kemampuan mempunyai banyak makna Broke dan Stone menjelaskan bahwa kemampuan merupakan gambaran hakikat kualitatif dan perilaku guru atau tenaga kependidikan yang tampak sangat berarti. Pendapat lain mengenai kemampuan perilaku yang rasional oleh Charles E Jhonson. et. all (1974), yang dikutip oleh Wijaya (1991:7) yaitu kemampuan merupakan perilaku yang rasional untuk pencapaian tujuan yang dipersyaratkan sesuai dengan kondisi yang diharapkan.
Bertolak dari kedua pendapat di atas, kompetensi mengacu kepada Kemampuan melaksanakan sesuatu yang diperoleh melalui pendidikan. Kompetensi menunjuk kepada performance dan perbuatan yang rasional untuk memenuhi versifikasi tertentu di dalam pelaksanaan tugas-tugas kependidikan.
Kemampuan guru untuk mengajar (merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi) dalam matematika. Hal ini dicapai antara lain dengan pelatihan membuatan rencana pengajaran (lesson plan), micro teacing dan menyusun naskah ujian dalam.
b. Karakteristik Kemampuan Guru
Guru yang profesional akan bekerja melaksanakan fungsi dan tujuan sekolah khususnya serta tujuan pendidikan umumnya, sudah barang tentu memiliki kemampuan sesuai dengan tuntutan. Sebagai indikator, guru dinilai mampu secara profesional apabila:
1) Guru tersebut menguasai konsep dan pengajaran matematika secara benar.
2) Guru tersebut mampu mengajar (merencanakan, melaksanakan dan
mengadakan evaluasi )
3) Guru tersebut mampu bekerja dalam usaha mencapai tujuan pendidikan tingkat Pendidikan Dasar .
4) Guru tersebut mampu melaksanakan peranannya dalam proses belajar¬ mengajar dalam pelajaran matematika.



Karakteristik tersebut agar lebih jelas perlu ditinjau dari berbagai segi, yaitu:
1) Tanggung jawab guru
Setiap guru harus memenuhi persyaratan sebagai manusia yang bertanggung jawab dalam bidang pendidikan. Guru sebagai pendidik bertanggung jawab dalam menyelenggarakan pembelajaran di sekolah baik dalam proses belajar mengajar, pengelolan kelas, evaluasi dan dan keberhasilan siswa dalam mengikuti setiap Standar Kompetensi yang diajarkan yang dibuktikan dengan prestasi baik.
2) Fungsi dan peran guru
Fungsi dan peran guru berpengaruh terhadap pelaksanaan pendidikan di sekolah untuk itu fungsi dan peran guru adalah sebagai berikut:
a) Guru sebagai pendidik dan pengajar, yakni harus memiliki
kestabilan emosi, ingin memajukan siswa, bersikap realistik,bersikap jujur dan terbuka.
b) Guru sebagai pengelola proses belajar mengajar dalam program imersi, yakni harus menguasai metode mengajar dan harus menguasai konsep materi matematika dengan baik,

c. Kompetensi Guru
Upaya perwujudan pengembangan silabus menjadi persiapan pengajaran yang implementatif memerlukan kemampuan yang komprehensif. Menurut undang-undang tentang guru dan dosen nomor 14 tahun 2005 dalam bab IV mengenai kualifikasi, kompetensi, sertifikasi.Pasal 10 ayat 1, menyatakan bahwa kompetensi sebagai pembelajaran pada jenjang pendidikan dasar dan menengah serta pendidikan anak usia meliputi:
1. Kompetensi Pedagogik yaitu: Kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.
2. Kompetensi Kepribadian yaitu: Kemampuan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif dan berwibawa menjadi teladan bagi peserta didik dan berakhlak mulia.
3. Kompetensi Profesional yaitu: Kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkannya membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam standar nasional pendidikan.
4. Kompetensi Sosial yaitu: Kemampuan pendidik sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efekti dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga pendidikan, orang tua/wali peserta didik dan masyarakat sekitar. Dengan demikian, kompetensi yang dimiliki oleh setiap guru
dalam pembelajaran di kelas guru harus menunjukkan kualitas dalam mengajar.Kompetensi tersebut terwujud dalam bentuk penguasaan konsep dengan baik dan berperilaku layaknya seorang guru untuk menduduki jabatan fungsional sesuai bidang tugas, kualifikasi dan jenjang pendidikan.


2. Motivasi Belajar

a. Pengertian Motivasi
"Motivasi adalah usaha-usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi sehingga anak mau melakukannya bila ia suka, bila ia tidak suka ia akan berusaha meninggalkannya" (Nasution S. 1986: 76)
"Motif adalah segala sesuatu yang mendorong seseorang untuk bertindak melakukan sesuatu" (Ngalim Purwanto, 1998 : 60). "Suatu motif adalah suatu set yang dapat individu melakukan kegiatan tertentu untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu" (Woodwarth dalam LL. Pasaribu B. Simanjuntak, 1982: 50).
Menurut Mc Donald yang dikutip Wasty Soemanto (1990: 191) "Motivasi adalah suatu perubahan tenaga di dalam diri / pribadi seseorang yang ditandai oleh dorongan efektif dan reaksi-reaksi dalam mencapai tujuan". Sedangkan James O. Whittaker yang dikutip oleh Wasty Soemanto (1990 : 193) "Motivasi diartikan sebagai kondisi-kondisi atau keadaan yang mengaktiflcan atau memberi dorongan kepada makhluk untuk bertingkah Jaku mencapai tujuan yang ditimbulkan oleh motivasi tersebut".
Dari pendapat para - pakar mengenai motivasi tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa motivasi adalah dorongan yang timbul pada diri seseorang yang dapat membangkitkan semangat untuk melakukan kegiatan guna mencapai tujuan yang diinginkan.
Manusia adalah makhluk yang aktif, aktivitas tersebut ditujukan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Semua aktivitas yang dilakukan akan terjadi, bih ada yang mendorongnya - dan faktor pendorong itu adalali motif Tujuannya adalah untuk memenuhi kebutuhan hidup dan mempertahankan eksistensinya. Misalnya motif yang mendorong siswa untuk belajar giat, sebagai daya penggeraknya adalah motivasi. Motivasi dapat berasal dari dalam individu dan dari luar individu.
Motivasi belajar sangat berpengaruh terhadap keberhasilan belajar siswa. Sebab anak didik yang memiliki motivasi yang kuat akan mempunyai daya atau energi untuk melakukan kegiatan belajar. Demikian pula sebaliknya seseorang yang memiliki kecerdasan yang tinggi, mungkin akan mengalami kegagalan apabila dia tidak atau kurang memiliki motivasi. Dalam proses belajar motivasi merupakan faktor yang penting, karena dengan adanya motivasi pada diri subjek belajar, berarti telah ada dorongan pada dirinya.
b. Penggolongan Motivasi
Menurut Otto Wilman yang dikutip LL. Pasaribu dan B. Simanjuntak (1982 : 54 - 55) membagi jenis motif sebagai berikut :
1) Motif psikologis, adalah motif yang tidak disadari dalam belajar yang merupakan dorongan instinktif dan spontan yang dapat menimbulkan minat yang spontan.
2) Motif praktis, adaiah motif untuk memenuhi kebutuhan mempertahankan dan mengembangkan diri.
3) Motif pembentukan kepribadian, adalah bahwa manusia memerlukan pengetahuan dan kecakapan yang dapat membentuk kepribadian manusia dalam segi estetis dan intelektualistis, sehingga motif ini dapat mendorong individu untuk belajar.
4) Motif kesusilaan, adalah motif yang mendorong individu belajar lebih baik cara susila dan merupakan lanjutan dari motif pembentukan kepribadian.'.
5) Motif social, adalah motif yang mendorong individu untuk memperhatikan kepentingan orang lain agar dapat bekerja sama dengan orang lain.
6) Motif ke-Tuhanan, adalah motif yang mendorong individu untuk belajar supaya mengabdi kepada Tuhan dan menghargai manusia sebagai umat¬Nya. Segala pengetahuan dan kecakapan manusia, diserahkan pada suatu tingkatan agar individu menyadari hubungan individu sebagai trianusia dengan Tuhan.
Sedangkan Woorworth dan Marguis yang dikutip Suryabrata (1971:70- 71) membagi motif menjadi 3 macam, yaitu
1) Kebutuhan-kebutuhan organik yang meliputi kebutuhan untuk : a) minum, b) makan, c) bernafas, d) seksual, e) berbuat, f) beristirahat.
2) Motif-motif darurat yang mencakup : a) dorongan untuk meyelamatkan diri, b) dorongan untuk membalas, c) dorongan untuk berusaha, d) dorongan untuk memburu.
3) Motif-motif objektif, yang mencakup kebutuhan-kebutuhan untuk melakukan : a) manipulasi, b) menaruh mina t, motif-motif ini timbal karena dorongan untuk menghadapi dunia luar.
S. Nasution mengemukakan tentang penggolongan motivasi menjadi dua macam, antara lain
1) Motivasi intrinsik yaitu motivasi yang berasal dari individu, tanpa rangsangan dari luar. Motivasi intrinsik yakni individu ingin mencapai tujuan yang terkandung di dalam perbuatan belajar. Individu didorong oleh motivasi intrinsik, bila individu belajar agar dapat mengatasi kesulitan¬
kesulitan hidup, untuk memperoleh pengertian, pengetahuan, sikap baik dan lain-lain.
2) Motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang berasal dari luar individu karena adanya ransangan dari luar. Motivasi ekstrinsik yang diberikan di sekolah berupa : angka-angka, pujian, hadiah, kenaikan tingkat, hukuman, saingan, dan celaan –

Dari pendapat para ahli yang telah dikemukakan dapat disimpulkan ada dua sumber utama yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi instrinsik yaitu motivasi yang timbul dari dalam individu tanpa ada paksaan dari luar dan motivasi ekstrinsik, yaitu motivasi yang timbul dari luar individu.
Motivasi seseorang dapat muncul setiap waktu, dimana seseorang sedang menghadapi masalah, serta sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan dan situasi. Sedang motif-motif lain adalah bersifat sebagai pelengkap, aktivitas individu dalam kehidupan sehari-hari. Untuk siswa sangat membutuhkan motivasi ekstrinsik, karena dia belum menyadari adanya motivasi dari dalam dirinya. Maka guru dan orang tua haruslah bisa memotivasi anak agar lebih giat belajar demi masa depannya kelak. Hal di atas haruslah dilakukan terus menerus agar anak terbiasa belajar, karena motivasi sudah tumbuh dari anak sendiri. Dengan begitu motivasi dapat muncul bila ada rangsangan dari luar.



c. Peranan Motivasi
Menurut pendapat Pasaribu dan B. Simanjuntak (1982 : 52), peranan
motivasi sangat penting dalam pembelajaran karena :
1) Mempergunakan dan menghubungkan motif yang mendorong individu untuk melakukan kegiatan dalam belajar.
2) Reinforcement atau menggiatkan anak dalam belajar. Usaha-usaha yang dapat digunakan dalam rangka reinforcement, yaitu : a) Mengemukakan pertanyaan
b) Memberi ganjaran
c) Hadiah
d) Memberi hukuman
Fungsi motivasi dalam belajar yang dikemukakan oleh S. Nasution (1986 :79) :
1) Mendorong manusia, untuk berbuat jadi sebagai penggerak untuk melepaskan energi.
2) Menentukan atau perbuatan, yakni ke arah tujuan yang hendak dicapai.
3) Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan yang harus dijalankan untuk mencapai tujuan.
Sedangkan menurut Oemar Hamalik (1992: 175) fungsi motivasi adalah:
1) Mendorong timbulnya kelakuan atau suatu perbuatan
2) Sebagai pengarah, artinya mengarahkan perbuatan kepada pencapaian
tujuan yang diinginkan.
3) Sebagai penggerak, ia berfungsi sebagai mesin bagi mobil besar, kecilnya motivasi akan menentukan cepat atau lambatnya suatu pekerjaan.
Menurut Madyo Ekosusilo (1990 : 10), guna dan fungsi motivasi sebagai
berikut :
L Motif berfungsi sebagai penggerak yang memberikan kekuatan kepada seseorang untuk melakukan suatu tugas.
2. Motif dapat menentukan arah perbuatan.
3. Motif itu menyeleksi perbuatan kita.
4. Motif dapat memberikan dorongan untuk sukses
5. Motif dapat menghindarkan dorongan untuk menghindarkan kegagalan.
6. Motif dapat menimbulkan dorongan untuk memperoleh pengakuan.
7. Motif dapat memberikan dorongan untuk memperoleh pengakuan.
8. Motif dapat memberikan dorongan untuk memperoleh simpati dan rasa aman.

Dan pendapat para ahli di atas dapat diambil kesimpulan bahwa motivasi belajar sangat penting bagi siswa, sebab dapat memberi dorongan pada siswa untuk melakukan belajar dalam mencapai tujuan yang diharapkan.
Motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak yang terdapat dalam diri seseorang atau siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan aktivitas belajar dan memberikan arah dalam kegiatan belajar, sehingga tujuan yang diharapkan siswa dapat tercapai dengan optimal.
Peran motivasi belajar sangatlah penting, sebab dapat memacu para siswa agar timbul keinginan untuk meningkatkan prestasi belajamya. Dengan demikian dapat mencapai tujuan pendidikan sesuai dengan yang diharapkan dan ditetapkan di dalam tujuan pendidikan nasional.
3, Prestasi Belajar
a. Pengertian Belajar
Ngalim Purwanto berpendapat bahwa "Belajar adalah suatu perubahan yang terjadi melalui latihan atau pengalaman" (Ngalim Purwanto, 1990 : 85). Sedangkan Noehi Nasution (1992 : 3) menyimpulkan bahwa "Belajar adalah aktivitas yang menghasilkan perubahan pada diri individu yang belajar aktual maupun potensial".
"Belajar adalah proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progresif' (Skinner dikutip Muhibin Syah. 1995 : 89).
Belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap sesuatu situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalaman yang berulang¬ulang dalam situasi itu, di mana perubahan tingkah laku itu tidak dapat dijelaskan atau dasar kecenderungan respon pembawaan, kematangan, atau keadaan keadaan sesaat seseorang, misalnya kelelahan pengaruh obat dan sebagainya". (Hilgard dan Bowen dalam Ngalim Purwanto (1990: 84). Sedangkan pendapat S. Nasution (1982: 39) sebagai berikut :

Belajar adalah sebagai perubahan kelakuan berkat pengalaman dan latihan, belajar membawa perubahan pada individu yang belajar. Perubahan itu tak hanya mengenal jumlah pengetahuan melainkan juga berbentuk kecakapan, kebiasaan, sikap, peagertian, penghargaan, minat penyesuaian diri,
pendeknya mengenai segala aspek organisasi atau pribadi seseorang.
Dari definisi tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa belajar adalah kegiatan yang dilakukan secara sadar yang terarWh dan bertujuan yang menyebabkan bertambahnya pengetahuan, keterampilan dan perubahan tingkah laku yang positif.
Dengan belajar makaa seseorang dapat mengalami perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar, antara lain :
1) Perubahan secara sadar, individu yang belajar menyadari bahwa pengetahuan dan kecakapannya bertambah.
2) Perubahan dalam belajar bersifat kontinue, perubahan yang terjadi dalam
individu berlangsung terus menerus atau tidak statis.
3) Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif, maksudnya perubahan tersebut
senantiasa bertambah atau tertuju pada perubahan yang lebih baik.
4) Perubahan tidak bersifat sementara, artinya perubahan yang terjadi karena belajar
bersifat menetap.
5) Perubahan yang terjadi dalam belajar bertujuan dan terarah, ini berarti perubahan
terjadi karena adanya tujuan tertentu yang ingin dicapai.
6) Perubahan mencakup tingkah laku secara menyeluruh dan sikap, keterampilan dan pengetahuan.
b. Faktor – faktor ang Mempengaruhi Keberhasilan Belajar
Di bawah ini beberapa faktor yang berkaitan dengan keberhasilan belajar yang dikemukakan oleh beberapa All. Muhibbin Syah (1995:132) mengisyaratkan bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi belajar:
1) Faktor internal (faktor dari dalam siswa)
a) Aspek fisiologis yakni kondisi umum jasmani dan tonus (keterangan otot) yang menandai tingkat kebugaran organ-organ tubuh dan sendi¬sendinya, dapat mempengaruhi semangat dan intensitas siswa dalam mengikuti pelajaran.
b) Aspek psikologis yakni faktor-faktor rohaniah siswa yang meliputi:
(1) Intelegensi siswa, Intelegensi adalah Kemampuan psiko-fisik untuk mereaksi rangsangan atau menyesuaikan dengan lingkungan dengan cara yang tepat. Anak yang intelegensinya tinggi semakin besar untuk meraih sukses, sebaliknya anak yang intelegensinya rendah semakin kecil untuk memperoleh sukses.
(2) Sikap siswa
Sikap adalah gejala internal yang berdimensi afektif berupa kecenderungan untuk mereaksi atau merespons dengan cara yang relatif tetap terhadap objek baik secara positif maupun negatif.
(3) Bakat siswa, bvakat adalah kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang.
(4) Minat siswa Minat berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Minat sangat tergantung
pada pemusatan perhatian, keingintahuan, motivasi dan kebutuhan.
(5) Motivasi siswa
Motivasi adalah keadaan internal organisme manusia yang mendorongnya untuk berbuat sesuatu.
(2) Faktor Eksternal (faktor dari luar siswa)
(a) Lingkungan Sosial
(1) Lingkungan sosial sekolah misalnya: guru, staf administrasi dan teman-teman sekelas dapat mempengaruhi semangat belajar siswa.
(2) Lingkungan sosial siswa adalah masyarakat dan tetangga juga
teman-teman sepermainan di sekitar tempat tinggal siswa.
(3) Lingkungan sosial yang lain adalah orang tua dan keluarga siswa
. itu sendiri.
(b) Lingkungan Nonsosial
Lingkungan nonsosial ialah gedung sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal keluarga siswa, alat-alat belajar, keadaan cuaca dan waktu belajar yang digunakan siswa.
(3) Faktor Pendekatan Belajar
Pendekatan belajar meliputi beberapa tingkatan: pendekatan tinggi, pendekatan sedang dan pendekatan rendah.
Ngalim Purwanto (1990 : 102) berpendapat bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi belajar:
1) Faktor individual (faktor yang ada pada organisme itu sendiri)
(a) Kematangan
Kematangan adalah masa sudah mulai berfungsinya organ tubuh baik jasmani maupun rohaninya.
(b) Kecerdasan/Intelegensi
Kecerdasan seseorang dapat dilihat dan diamati dapat atau tidaknya seseorang dalam mempelajari sesuatu. Seseorang yang intelijensi nya tinggi akan cepat dalam memecahkan masalah yang" dihadapi, dibandingkan dengan seseorang yang intelijensinya rendah.
(c) Latihan dan Ulangan
Kecakapan dan pengetahuan yang dimiliki seseorang dapat makin dikuasai dan makin mendalam, disebabkan oleh latihan dan sering mengulangi sesuatu. Sebaliknya tanpa latihan orang tidak akan tnemiliki pengalaman.
(d) Motivasi
Motif merupakan pendorong bagi suatu organisme untuk melakukan sesuatu. Motif instrinsik dapat mendorong seseorang menjadi spesialis dalam bidang pengetahuan tertentu.
(e) Sifat-sifat pribadi seseorang
Setiap orang memiliki sifat-sifat kepribadian maing-masing berbeda antara seorang dengan orang lain. Sifat-sifat kepribadian ini ialah faktor fisik kesehatan dan kondisi badan.
(2) Faktor Sosial (faktor yang ada di luar individu)
(a) Keadaan Keluarga
Suasana dan keadaan keluarga turut menentukan tercapai dan tidaknya seseorang anak dalam belajar. Masalah yang lain adalah ada tidaknya fasilitas - fasilitas yang diperlukan anak dalam belajar.
(b) Guru dan Cara Mengajar
Faktor guru dan cara mengajar merupakan faktor penting, terutama dalam belajar di Sekolah sikap kepribadilan guru serta pengetahuan yang dimiliki dan cara mengajarkannya, turut menentukan hasil belajar yang dicapai oleh anak.
(c) Alat - alat Pelajaran
Sekolah yang memiliki alat-alat pelajaran perlengkapan yang diperlukan dapat mempermudah dan mempercepat belajar anak-anak.
(d) Motivasi Sosial
Motivasi sosial dapat timbul pada anak dari orang lain yang ada di sekitarnya, antara lain, orang tua, guru, teman sepermainan, tetangga dan sanak saudara. Motivasi yang baik yangn diberikan oleh orang tua atau guru dapat mendorong anak, sehingga timbul hasrat untuk belajar yang lebih baik.
(e) Lingkungan dan Kesempatan
Seorang anak yang intelegensinya tinggi belum tentu dapat belajar dengan baik, karena jarak rumah ke sekolah terlalu jauh dan kelelahan menernpuh pzrjalanannya~ Ada pula anak yang tidak dapat belajar dengan hasil baik, disebabkan tidak adanya kesempatan belajar, pengaruh lingkungan yang kurang baik.
Menurut Sumadi Suryabrata (1971:233) menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi belajar antara lain :
1) Faktor yang berasal dari luar individu
(a) Faktor-faktor nonsosial antara lain: (1) cuaca (2) waktu (3) keadaan suhu (4)
alat-alat belajar (5) letak sekolah (6) bangunan sekolah.
(b) Faktor-faktor sosial, yaitu gangguan yang terjadi pada proses belajar, antara
lain: (1) konsentrasi belajar (2) perhatian (3) keadaan lingkungan kelas.
2) Faktor yang berasal dari dalam individu
(a) Faktor-faktor fisiologis, antara lain (1) tonus jasmani pada umumnya (2) keadaan fungsi-fungsi fisiologis tertentu.
(b) Faktor-faktor psikologi, yaitu (1) sifat keingintahuan (2) kreativitas seseorang (3) simpati dari orang lain (4) memperbaiki kegagalan (5) rasa aman (6) adanya ganjaran atau hukuman.
Winkel berpendapat lain, bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi betajar : (1) pribadi siswa, (2) pribadi guru, (3) struktur jaringan hubungan sosial dan (4) faktor-faktor situasional (Winkel, 1988: 134 - 136).
Secara garis besar telah disebutkan faktor yang mempengaruhi belajar anak. Selain dari yang telah dikemukakan di atas ada juga faktor-faktor pada diri anak yang cukup menentukan yang dijelaskan antara lain:
(a) Kurang konsentrasi terhadap pelajaran yang dihadapi anak
(b) Kurang melatih diri dalam menjawab soal-soal
(c) Kurang banyak mengulang bahan pelajaran
(d) Terlalu banyak kegiataan yang mendesak kegiatan belajar anak
(e) Kurang tinggi kemampuan intelektual
(f) Kurang cermat menangkap apa yang diterangkan
(g) Kurang dapat membagi waktu belajar dan waktu untuk santai
(h) Kurang mengerti penjelasan yang disampaikan oleh guru (Singgih D. Gunarso,
1988:18).

Dari uraian di atas dapat penulis simpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi belajar adalah:
(a) Faktor dari dalam individu (internal)
(b) Faktor dari luar individu (eksternal)
(c) Fal.-tor situasi dan sosial
(d) Faktor pendekatan belajar
(e) Faktor kepribadian guru dan siswa
Faktor pendukung pembelajaran
c. Hasil-hasil Belajar Anak
Suryadi M. memberikan pengertian bahwa belajar terjadi jika ada perubahan
(1) Penambahan informasi
(2) Penghargaan pengertian
(3) Penerimaan sikap sikap baru
(4) Perolehan penghargaan
(5) Pengerjaan sesuatu dengan menggunakan apa yang telah dipelajari (1989: 4).
Sedangkan T. Raka Joni mengemukakan lama macam kemampuan hasil belajar :
(1) Keterampilan intelektual
(2) Strategi kognitif
(3) Informasi verbal
( 4) Keterampilan motorik
(5) Sikap dan nilai (1984: 6).
Di lain pihak Sumadi Surya Subroto dikutip oleh Muhibbin Syah membagi 3 perubahan hasil belajar:
(1) Perubahan intensional
(2) Perubahan positif dan aktif
(3) Perubahan efektif dan fungsional (1995: 115).
Dari apa yang telah disampaikan oleh ketiga ahli di atas secara garis besar
dapat dimasukkan dalam tiga kategori hasil belajar yaitu:
(1) Ranah kognitif yang berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari
enam aspek. Berikut di bawah ini merupakan hasil belajar dari ranah kognitif
(a) Pengetahuan sebagai hasil belajar kognitif tingkat paling rendah
Namun hasil belajar ini menjadi persyaratan bagi tipe hasil belajar selanjutnya, hafal menjadi persyaratan bagi pemahaman yang semua ini berlaku untuk semua bidang studi.
(b) Tipe hasil belajar yang lebih tinggi dari pada pengetahuan adalah pemahaman. Sebagai hasil belajar pemahaman ini misalnya menjelaskan dengan susunan kalimat sendiri sesuatu yang dibaca, memberi contoh lain dari apa yang dibaca dan dicontohkan atau menggunakan petunjuk penerapan pada kasus lain. Dalam taksonomi Bloom, memahami setingkat lebih tinggi dari pengetahuan
(c) Aplikasi dalam penggunaan abstraksi pada situasi yang konkret. Abstraksi tersebut dapat berupa ide, teori atau petunjuk teknis
(d) Hasil belajar yang lebih tinggi dari hasil berlajar aplikasi adalah. Hasil belajar analisis. Analisis adalah suatu usaha untuk memilah suatu integritas menjadi unsur-unsur atau bagian-bagian sehingga jelas hierarki atau susunannya. Analisis merupakan kecakapan yang kompleks, yang memanfaatkan kecakapan dari ketiga tipe sebelumnya. Dengan analisis diharapkan anak mempunyai pemahaman yang komprehensif dan dapat memilih intregitas menjadi bagian-bagian. Jika kecakapan analisis telah dapat berkembang pada anak, maka anak akan dapat mengaplikasikannya pada situasi baru secara kreatif.
(e) Hasil belajar sintesis. Hasil belajar sintesis merupakan penyatuan unsur-unsur ke dalam bentuk menyeluruh. Berfikir sintesis adalah salah satu terminal untuk menjadi anak kreatif. Berfikir kreatif adalah hasil yang hendak dicapai dalam pendidikan. Seorang anak yang kreatif sering menciptakan atau menemukan sesuatu. Dengan kemampuan sintesis, anak mungkin dapat menemukan hubungan kausal, menemukan abstraksi atau operasionalnya.
(f) Hasil belajar evaluasi. Hasil belajar ini merupakan pemberian keputusan tentang nilai sesuatu yang mungkin dilihat dari segi tujuan, gagasan, cara kerja, pemecahan, metode, dan lain-lain. Pengembangan kemampuan evaluasi penting artinya bagi anak. Pengembangan ini dilandasi pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan kesemuanya akan mempertinggi mutu evaluasi.
(2) Ranah efektif yang berkenaan dengan sikap dan nilai. Beberapa ahli mengatakan bahwa sikap seseorang dapat diramalkan perubahannya, bila seseorang telah memiliki penguasaan kognitif tingkat tinggi. Hasil belajar afektif tampak pada siswa dalam bertingkah laku seperti perhatian terhadap pelajaran disiplin, menghargai guru, dan dalam hubungan sosial. Berikut ini merupakan jenis jenis kategori hasil belajar afektif dari mulai tingkat paling rendah sampai ke tingkat paling kompleks.
(a) Receiving yakni semacam kepekaan dalam menerima rangsangan. dari luar yang datang pada anak dalam bentuk masalah, situasi atau gejala yang lain. Dalam tipe hasil belajar ini termasuk kesadaran keinginan untuk menerima rangsangan dari luar, kontrol, dan seleksi rangsang atau kejadian.
(b) Responding yakni reaksi yang diberikan seorang anak terhadap stimulasi yang datang dari luar. Hal ini menyangkut ketetapan reaksi, perasaan, kepuasan, dalam menjawab stimulus dari luar.
(c) Valuing yang berkenaan dengan nilai dan kepercayaan terhadap stimulus. Dalam hal ini berkenaan dengan kesediaan menerima nilai, latar belakang, dan kesepakatan terhadap nilai tersebut.
(d) Organizing, yakni pengembangan dari nilai ke dalam satu organisasi, termasuk hubungan satu nilai pemantapan, dan prioritas nilai yang telah dimilikinya tersebut.
(e) Charactering nilai yang merupakan perpaduan semua sistem nilai yang telah dimiliki seorang anak yang mempengaruhi pola kepribadiannya, dan tingkah laku lainnya.
(3) Ranah Psikomotoris
Hasil belajar psikomotoris tampak pada pembentukan keterampilan dan kemampuan bertindak individu. Ada enam tingkatan keterampilan dari hasil - belajar psikomotoris, yakni:
(a) Gerakan reflek atau keterampilan pada gerakan tidak sadar.
(b) Keterampilan pada gerakan-gerakan dasar.
(c) Kemampuan perseptual, termasuk di dalamnya membedakan visual, membedakan auditif, motoris.
(d) Gerakan-gerakan skill, mulai dari keterampilan sederhana sampai pada keterampilan komplek.
(e) Kemampuan bidang fisik, misalnya kekuatan, keharmonisan dan ketepatan.
( f) Kemampuan yang berkenaan dengan komunikasi nondekursive seperti gerakan ekspresif dan interpretatif.
Dari apa yang telah disampaikan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa hasil belajar dapat berupa:
(a) Perubahan dalam pengetahuan dan informasi ke arah yang lebih baik.
( b) Perubahan sikap, kebiasaan, dan budi pekerti, yang lebih positif.
(c) Keterampilan dan kemampuan dalam bertindak yang lebih baik.

d. Pengertian Prestasi Belajar
"Prestasi adalah segala pekerjaan yang berhasil, prestasi menunjukkan kecakapan manusia yang dicapai" (Adinegara, 1954 : 298) "Prestasi adalah hasil yang dicapai anak sebagai hasil belajar yang berupa angka, huruf serta tindakan hasil belajar yang dicapai" (Bukhori, M. 1977 : 91). Sedangkan menurut Pasaribu dan Simanjuntak (1983 : 82) menyatakan "Achievement (prestasi) adalah isi dari kapasitas seseorang yang dimaksud di sini adalah hasil yang diperoleh seseorang setelah mengikuti pendidikan atau latihan tertentu".
Berkaitan dengan pendapat ahli di atas penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa prestasi belajar adalah angka atau huruf dan tindakan yang menunjukkan kecakapan dari anak sebagai hasil belajar anak, setelah melalui pendidikan atau latihan.
4. Matematika
a. Pengertian Matematika
Mata pelajaran Matematika adalah kumpulan bahan kajian dan pelajaran tentang bentuk, susunan, besaran dan konsep-konsep yang saling berhubungan satu sama lainnya, sehingga dapat meningkatkan ketajaman penalaran siswa untuk menyelesaikan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari dan kemampuan berkomunikasi dengan menggunakan bilangan clan simbol-simbol serta lebih mengembangkan sikap logis, kritis, cermat, disiplin dan menghargai kegunaan Matematika. Di bawah ini dikemukakan pendapat tentang Matematika. Menurut Margono (1996 : 13) "Matematika adalah ilmu tentang struktur yang terorganisasi yang dimulai dengan pengenalan unsur yang tidak didefinisikan, unsur yang didefinisikan, postulat/aksioma, sampai dengan rumus/dalil:" Purwoto (1997: 14) menyatakan bahwa :
Matematika timbul karena olah pikir manusia yang berhubungan dengan idea, proses dan penalaran Matematika terdiri atas 4 kawasan yang luas ialah aritmatika, aljabar, geometri dan analisis. Matematika merupakan pengetahuan yang disusun secara konsisten dan menggunakan logika deduktif. Artinya Matematika merupakan pengetahuan yang bersifat rasional yang kebenarannya tidak tergantung kepada pembuktian secara empiris, tetapi deduktif.
Mulyono Abdurrahman (1999: 252) menyatakan bahwa :
Matematika adalah suatu cara untuk menemukan jawaban terhadap masalah yang dihadapi manusia, suatu cara menggunakan informasi, menggunakan pengetahuan tentang bentuk dan ukuran, menggunakan pengetahuan tentang menghitung dan yang paling penting adalah memikirkan dalam diri manusia itu sendiri dalam melihat dan menggunakan hubungan-hubungan.
Sedangkan dari Depdikbud (1999: 34), Matematika sekolah adalah Matematika yang diajarkan di pendidikan dasar dan pendidikan menengah, yang terdiri atas bagian-bagian Matematika yang dipilih guna menumbuhkembangkan kemampuan dan membentuk pribadi siswa serta terpadu pada perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta memiliki dua ciri penting yaitu : 1) memiliki objek kejadian yang abstrak, 2) berpola pikir deduktif dan konsisten. Menurut Johnson dan Myklobust di dalam Mulyono Abdurrahman (1999: 252) menyebutkan bahwa Matematika adalah bahasa simbolis yang fungsi praktisnya untuk mengekspresikan hubungan-hubungan kuantitatif dan ruang sedangkan fungsi teoretisnya adalah untuk memudahkan berpikir.
Dari berbagai pendapat di atas maka dapat diambil kesimpulan bahwa Matematika adalah bahasa, simbolis hasil pikiran manusia berdasarkan logika, bersifat abstrak dan memerlukan penyelesaian serta dapat mengembangkan pola pikir deduktif dan konsisten sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

b. Tujuan Pembelajaran Matematika
Tujuan umum pembelajaran Matematika dijenjang pendidikan dasar adalah :
1) Mempersiapkan siswa agar sanggup menghadapi perubahan keadaan di dalam kehidupan dan di dunia yang selalu berkembang, melalui latihan bertindak asas

2) Mempersiapkan siswa agar agar dapat menggunakan Matematika dan pola pikir Matematika dalam kehidupan sehari-hari, dan dalam mempelajari berbagai ilmu pengetahuan (Depdikbud, 1.999: 35).
Sedangkan tujuan pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar (SD) adalah sebagai berikut :
1) Menumbuhkan dan mengembangkan keterampilan berhitung (menggunakan
bilangan) sebagai alat dalam kehidupan sehari-hari.
2) Menumbuhkan kemampuan siswa yang dapat dialihgunakan melalui kegiatan
Matematika
3) Mengembangkan pengetahuan dasar matematika sebagai bekal belajar lebih lanjut di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP).
4) Membentuk sikap logis, kritis, cermat, kreatif dan disiplin (Depdikbud, 1999 : 35-36).
Hasan Walinana memberikan penjelasan bahwa pendidikan Matematika bertujuan antara lain :
I) Menanamkan pengertian:bilangan dan kecakapan dalam berhituftg.
2) Memupuk dan mengembangkan kemampuan berfikir logis dan kritis dalam
kehidupan sehari - hari baik pada masa sekarang maupun yang akan datang.
3) Mengembangkan kemampuan dan sikap rasional dan menghargai waktu
4) Meletakkan landasan berhitung yang kuat untuk mempelajari pengetahuan lebih lanjut (Hasan Walinana, 1993: 1).
Dengan demikian, tujuan umum pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar tersebut memberi tekanan pada penalaran dan pembentukan sikap siswa serta pada dalam keterampilan dalam penerapan Matematika dalam kehidupan sehari-hari.

B. Penelitian Yang Relevan
Menurut penelitian Ratnasari ( 2004:136) membuktikan adanya pengaruh positif yang signifikan dari persepsi siswa mengenai kemampuan mengajar guru terhadap motivasi belajar siswa .Sementara hasil penelitian Mulyani ( 2004:132) membuktikan bahwa ada pengaruh yang signifikan antara kompetensi mengajar guru dan aktivitas belajar terhadap prestasi belajar PKKn. Semakin tinggi tingkat kompetensi mengajar guru, semakin tinggi pula tingkat prestasi belajar PPKn . Sedemikian pula aktivitas belajar yang dimiliki anak akan mempengaruhi motivasi belajar ,sehingga memberikan konstribusi bagi pencapaian prestasi belajar PPKn
C. Kerangka Pemikiran

Atas dasar kajian teori tersebut di atas, untuk memperoleh gambaran secara jelas, maka kerangka pemikiran dapat digambarkan sebagai berikut:


2


1 3

Keterangan :
1. Hubungan antara kemampuan guru (XI) dengan prestasi belajar Matematika (Y).
2. Hubungan antara motivasi belajar (X2) dengan prestasi belajar Matematika (Y).
3. Hubungan antara kemampuan guru(Xl) dan motivasi belajar (X2) dengan prestasi belajar Matematika.

C. Perumusan Hipotesis
Atas dasar kajian teori dan kerangka pemikiran yang dikemukakan di atas maka hipotesis yang dapat diajukan:
1. Ada hubungan yang positif antara kemampuan guru dengan prestasi belajar Matematiksiswa kelas V SDN se-Gugus Kenanga Kecamatan Wonogiri.
2. Ada hubungan yang positif antara motivasi belajar dengan prestasi belajar
Matematika siswa kelas V SDN se-Gugus Kenanga Kecamatan Wonogiri.
3. Ada hubungan yang positif antara perhatian orang tua dan motivasi belajar anak dengan prestasi belajar Matematika siswa kelas V SDN se-Gugus Kenanga Kecamatan Wonogiri









BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

Hasil suatu penelitian sebagian tergantung pada pengumpulan datanya, pengumpulan data itu sendiri bertujuan memperoleb bahan-bahan yang reliabel dan relevan. Untuk memperoleh data dalam suatu penelitian diperlukan metode-metode, alat-alat dan kegiatan-kegiatan yang dapat dipertanggungjawabkan untuk mencapai tujuan.

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan pada siswa kelas V SDN se-Gugus Kenanga Kecamatan Wonogiri Tahun Pelajaran 2008 / 2009. Waktu penelitian adalah mulai bulan Februari sampai Mei 2009.

B. Metode Penelitian
Agar penelitian sampai pada tujuan yang akan dicapai diperlukan adanya cara yang tepat, yang menjadi arahan dalam langkah-langkah yang tepat. Hal tersebut sesuai dengan pendapat. Sutrisno Hadi (1984:4), sesuai dengan tujuannya bahwa "Research adalah usaha untuk menemukan dan mengembangkan, menguji kebenaran suatu pengetahuan, usaha mana yang dilakukan dengan menggunakan metode metode ilmiah". Menurut Winarno Surakhmad (1994:121) berpendapat bahwa "Metode adalah merupakan cara utama yang dipergunakan untuk mencapai suatu tujuan, menguji serangkaian hipotesis dengan menggunakan teknik-teknik atau alat¬alat tertentu". Sedangkan Suharsimi Arikunto (1989: 174) mengemukakan bahwa "Metode penelitian adalah cara yanag digunakan dalam pengumpulan data".
Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa metode penelitian adalah suatu kegiatan yang sistematis, terencana dan teratur untuk menemukan, mengembangkan dan menguji suatu kebenaran suatu pengetahuan dengan menggunakan metode-metode ilmiah.
Adapun beberapa metode penelitian dan sebagai pedoman menurut Winarno Surakhmad, dilihat dari sifat dan fungsi metode penelitian dapat dibedakan dalam tiga jenis, yaitu metode penelitian deskriptif, historis dan eksperimental.
Dalam penelitian ini sesuai dengan tujuan dan permasalahannya, serta berdasarkan jenis data yang diperlukan, maka penulis menggunakan metode penelitian historis dan metode penelitian deskriptif.

1. Metode Penelitian Historis

Metode penelitian historis adalah metode penelitian yang mengaplikasikan metode pemecahan yang ilmiah dari perspektif historis dari suatu masalah, sehingga metode historis tepat untuk menjelaskan data-data yang telah lampau, karena sumber- sumber data yang dipakai kebanyakan berupa dokumen maka disebut metode dokumentasi.

2. Metode Penelitian Deskriptif

Metode penelitian diskriptif adalah metode penelitian yang tertuju pada pemecahan masalah yang ada pada saat sekarang. Melalui metode deskriptif ini akan diperoleh informasi gejala keadaan yang sedang berlangsung sebagai pemecahan masalah yang ada, masalah yang aktual, sehingga metode deskriptif lebih tepat untuk data pada waktu sekarang.
Alasan penulis menggunakan kedua metode tersebut di atas, mengingat hal¬hal sebagai berikut:
a. Penelitian ini memusatkan pada pemecahan masalah yang ada pada waktu sekarang atau berhubungan dengan masa sekarang.
b. Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah perhatian orang tua dan motivasi, data ini diperoleh dengan menggunakan metode deskriptif.
c. Data tentang prestasi belajar anak merupakan data yang lampau sehingga dapat diperoleh dengan mengggunakan metode historis.

C. Variable Penelitian
Variabel merupakan statu yang tidak pernah ditinggalkan dalam setiap jenis penelitian . Istilah variabel dapat bermacam-macam sesuai dengan konsepsi masing-masing pemikir . Menurut Arikunto ( 1998 : 99).” Variabel adalah obyek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian”.
Menurut fungsinya variabel dapt dibedakan menjadi 2 macam yaitu variabel penyebab dan variabel terikat( Suryabrata,1991:81)Variabel penyebab didalamnya terdiri dari : variabel kendali dan variabel rambang. Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi penyebab terjadinya sesuatu,sedangkan variabel moderator adalah variabel yang ikut diperhatikan meskipun tidak diutamakan. Variabel kendali adalah variabel yang ikut berpengaruh kemudian dinetralisir atau dianggap tidak ada pengaruhnya.variabel rambang adalah vriabel yang diabaikan pengaruhnya karena tidak menimbulkan perbedaan yang berarti. Selanjutnya variabel terikat atau variabel tergantung adalah variabel yang ditimbulkan xoleh pengaruh variabel bebas.
Berdasarkan klasifikasi diatas maka variabel-variabel dalam penelitian ini mencakup :
1. Kemampuan guru dan motivasi siswa sebagai variabel bebas ( independent variabel)karena variabel ini masing- masing diukur berdasarkan beberapa indikator sebagai berikut :
a. variabel kemampuan guru yaitu kemampuan dasar yang harus dimiliki guru dalam proses belajar mengajar dengan indikator :.
1. Guru mempunyai kompetensi dibidangnya.
2. Guru memiliki ijazah sesuai kualifikasi
3. Guru memiliki kepribadian ,sehat jasmani dan rohani
4. Guru mampu mengelola kelas
5. Guru mampu menggunakan waktu dengan tepat
6. Guru mampu memahami karakteristik siswa
7. Guru mampu mengelola dan menggunakan media serta sumber belajar
2. Variabel motivasi siswa indikatornya meliputi :
1. Sehat jasmani dan rohani
2. Memiliki motivasi yang baik dalam pembelajaran
3. Ketertarikan dengan materi ajar dan cara pengajaran
4. senang dengan pelajaran tersebut
5. Meningkatnya prestasi belajar
Prestasi belajar adalah ukuran kemampuan siswa didalam proses belajar yang diperoleh dari hasil belajar (hasil dari usaha belajar) sebagai variabel terikat variabel prestasi ini diukur berdasrkan akumulasi nilai siswa dalam mata pelajaran matematika kelasV SD tahun pelajaran 2008 / 2009

D. Populasi, Sampel dan Sampling
1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian (Suharsimi Arikunto, 1996:115). Sedangkan menurut Sutrisno Hadi (1985:220) mengemukakan "Populasi adalah seluruh individu yang dimaksud untuk diselidiki". Sugianto H (1985:39) berpendapat "Populasi adalah sejumlah individu yang dimaksud untuk diteliti". Jadi populasi adalah sejumlah individu yang mempunyai karakteristik atau ciri-ciri tertentu serta dijadikan objek penelitian.
Berdasarkan pengertian di atas, maka populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas V SDN se-Gugus Kenanga Kecamatan Wonogiri , tahun pelajaran 2008/2009 yang terdiri dari 7(tujuh) Sekolah Dasar jumlah keseluruhan 215 siswa.
2. Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Suharsimi Arikunto, 1996:117). Menurut Winamo Surahmad (1994:93) menyatakan bahwa "Sampel adalah sebagian dari populasi yang dipandang representatif terhadap populasi itu".
SDN II Wonoboyo adalah salah satu Sekolah Dasar yang termasuk dalam Gugus Kenanga Kecamatan Wonogiri. Sehingga dalam penelitian ini sampel yang digunakan adalah siswa kelas V SDN II Wonoboyo yang terdiri dari 26 siswa. Pengambilan sampel tersebut berda-sarkan pendapat Suharsimi Arikunto (1996 : 129) yang mengatakan "Bila populasi lebih dari 100 orang, maka diambil sampel 10-15% atau 20-25% atau lebih". Sehingga dalam penelitian ini menggunakan sampel sebesar 12,3% dari jumlah keseluruhan.
3. Teknik Penambilan Sampel

Menurut Sutrisno Hadi (1993:75) sampling adalah cara yang digunakan untuk mengambil sampel. Dengan demikian teknik pengambilan sampel disebut sampling. Adapun sampling dibedakan menjadi dua macam yaitu random sampling dan nonrandom sampling. •
a. Random Sampling
Random sampling adalah teknik pengambilan sampel secara random atau tanpa pandang bulu, di mana semua individu mempunyai kesempatan yang sama untuk menjadi anggota sampel. Ada tiga cara yang dapat digunakan untuk random sampling yaitu:
1) Cara undian
Dalam cara ini, peneliti mengadakan undian kepada anggota populasi sehingga terpilih sejumlah sampel yang ditentukan.
2) Cara ordinal
Dalam cara ini anggota populasi disusun dalam suatu daftar, yang kemudian akan dijadikan sampel diambil dari daftar yang telah ditentukan.
3) Cara randomisasi
Menentukan dengan cara ini adalah dengan menggunakan tabel random yang biasanya dapat dilihat pada buku statistik.
b. Nonrandom Sampling
Nonrandom sampling adalah cara pengambilan sampel tidak secara random,tidak semua individu diberi atau mempunyai kesempatan untuk menjadi anggota sampel.
Dalam penelitian ini, agar semua individu mempunyai kesempatan yang sama untuk menjadi anggota sampel dan agar penelitian ini lebih objektif, maka penulis menggunakan teknik random sampling.
Alasan penulis menggunakan teknik random sampling:
1) Populasinya terdiri dari tingkat atau kelas yang sama yaitu siswa kelas V SD.
2) Sifat atau keadaan populasi yang homogen.

D. Teknik Pengumpulan Data
Tujuan penulis mengadakan penelitian adalah untuk memperoleh data yang digunakan untuk membuktikan hipotesis yang telah diajukan. Sebelum pelaksanaan pengumpulan data dilaksanakan perlu terlebih dahulu apa yang menjadi variabel penelitian, data yang diperlukan, sumber-data dan teknik pengumpulan data yang digunakan.
Untuk memperoleh data yang sesuai dengan apa yang diperlukan dan dapat dipertanggungjawabkan serta dipercaya, maka diperlukan teknik pengumpulan data yang tepat. Suharsimi Arikunto (1991:28) menyebutkan bahwa teknik pengumpulan data yang dapat digunakan dalam penelitian adalah teknik angket, teknik tes, teknik interview, teknik observasi, dan teknik dokumentasi.
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik pengumpulan data dengan teknik angket untuk data tentang perhatian orang tua dan motivasi belajar anak, dan teknik dokumentasi untuk data tentang prestasi belajar Matematika.




1. Teknik Angket
a. Pengertian Angket
Menurut Suharsimi Arikunto (1991:28) "Angket adalah sebuah daftar yang harus diisi atau dijawab oleh orang yang akan diukur (responden)". Dengan angket ini orang (responden) dapat diketahui tentang keadaan atau data diri, pengalaman, pengetahuan sikap atau pendapatnya dan sebagainya.
Pendapat Sumadi Suryabrata (1984: 26) "Angket adalah daftar pertanyaan yang harus dijawab atau daftar isian yang harus diisi yang berdasarkan pada jumlah subjek yang diselidiki".
b. Jenis-'enis Angket
1) Angket ditinjau dari segi siapa yang menjawab
a) Angket langsung, yakni jika angket tersebut diisi dan dijawab langsung oleh subjek (responden) yang diselidiki.
b) Angket tidak langsung, yakni jika yang angket tersebut diisi dan dijawab bukan subjek (responden) yang diteliti, tetapi orang lain yang mempunyai hubungan baik.
2) Angket ditinjau dari bentuk (keleluasaan responden dalam memberikan j awabannya).
a) Angket tertutup adalah bila item pertanyaan pada angket disertai kemungkinan (pilihan) jawabannya, sehingga responden tinggal memilih jawaban yang dinilai paling sesuai.
b) Angket terbuka adalah bila item pertanyaan pada angket tidak disediakan kemungkinan jawaban, sehingga responden dituntut memformulasikan sendiri jawaban yang dipandang sesuai.
Dari kedua kelompok pembagian angket di atas, dapat dipadukan menjadi empat jenis angket, antara lain:
a) Angket langsung, tertutup
b) Angket langsung terbuka
c) Angket tidak langsung tertutup
d) Angket tidak langsung terbuka
Dalam penelitian ini jenis angket yang digunakan adalah angket langsung tertutup deagan bentuk pertanyaan-pertanyaan dengan empat alternatif jawaban. Alasan peneliti menggunakan angket sebagai pengumpul data:
a) Metode angket dapat langsung serempak dalam jumlah yang besar
b) Subjek adalah orang yang paling tahu tentang dirinya sendiri.
c) Untuk mendapatkan jawaban yang objektif dan dapat dipercaya dari responden
d) Dapat menghemat waktu, tenaga sebab dengan waktu yang relatif singkat data
dapat terkumpul
e) Jawaban dari responden sesuai dengan variabel yang akan diukur dalam penelitian ini.
f) Memudahkan bagi responden untuk menjawab memudahkan untuk menganalisis jawaban bagi peneliti.
Agar jawaban dari responden benar dan dapat dipercaya, maka penyusunan daftar pertanyaan dibuat sedemikian rupa dengan mengingat:
a) Pertanyaan dibuat secara jelas, singkat dan tidak menyebabkan salah tafsir.
b) Pertanyaan dapat dijawab oleh responden bersifat netral dan objektif.
c) Pertanyaan harus disesuaikan dengan tingkat usia anak.
d) Penyusunan kalimat harus dibuat sederhana dan mudah dipahami responden.

c. Kisi-kisi Angket
Angket sebagai alat pengumpul data yang berisi daftar pertanyaan yang harus diisi oleh responden. Dalam penelitian ini angket dibuat sendiri oleh peneliti berdasar variabel yang akan diteliti. Dari variabel kemampuan guru yang dapat diungkap dalam hubungannya dengan anak adalah:
1) Guru mempunyai kepribadian yang baik,sehat jasmanai dan rohani.
2) Menguasai Materi Ajar
3) Mengelola Program Relajar mengajar
4) Menggunakan waktu secara tepat
5) Memahami karakteristik siswa.
Dari variabel motivasi belajar dapat diungkap dan diukur dalam hubungannya dengan anak:
1) Penyediaan fasilitas belajar
2) Pemberian semangat belajar
3) Penciptaan suasana belajar
4) Pemberian hadiah
5) Cita-cita dan emosi
6) Minat
7) Prestasi belajar
8) Kepuasan
9) Tanggung jawab.
Variabel Penelitian Indikator Nomor
Kemampuan Guru 1. Guru mempunyai kepribadian yang baik,sehat jasmanai dan rohani
1, 2, 3, 4, 5, 6.
2. Menguasai Materi Ajar 7, 8, 9, 10.
3. Mengelola Program Relajar mengajar 11, 12, 13, 14, 15, 16,
4.Mampu Mengelola Kelas 17, 18, 19, 20.

5. Menggunakan waktu secara tepat 21, 22, 23, 24.
6. memahami karakteristik siswa 25, 26, 27, 28, 29, 30.
Motivasi Belajar 1. Penyediaan fasilitas. 1,2,3.
2. Pemberian semangat 4, 5, 6, 7.
3. Penciptaan suasana belajar 8, 9, 10
4. Pemberian hadiah 11,12
5. Cita-cita dan emosi 13,14
6. Minat 15, 16, 17, 18, 19
7. Prestasi belajar 20, 21, 22
8. Kepuasan 23, 24, 25.
9. Tanggung jawab 26, 27, 28, 29, 30.

d Uji Coba Angket
Setelah angket tersusun, kemudian dilakukan uji coba angket. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui validitas dan reliabilitas angket. Untuk menganalisis validitas alat ukur dalam hal ini angket tentang kemampuan guru dan motivasi belajar dengan cara mencari validitas item.

Validitas item ini dimaksudkan untuk menentukan apakah item tersebut dapat membedakan kelompok-kelompok dalam aspek yang diukur sesuai dengan perbedaan yang ada pada kelompok tersebut. Adapun cara yanag digunakan untuk mengetahui daya pembeda item adalah menggunakan indek validitas item dengan rumus sebagai berikut:

(Djono R, 1982:82).


V = Validitas indek item
RH = Jumlah siswa kelompok upper yang menjawab benar
RL = Jumlah siswa kelompok lower yang menjawab benar
NH = Jumlah siswa kelompok upper
Adapun kriteria yang dijadikan patokan untuk menentukan apakah item valid atau tidak sebagai berikut:
1) Dikatakan valid apabila V = 0,20 atau lebih
2) Dikatakan tidak valid apabila V≤ 0,2 (Suharsimi Arikunto, 1966:162).
Selanjutnya diadakan uji coba reliabilitas untuk item yang valid saja diambil sebanyak tiga puluh soal. Alat ukur yang baik harus setinggi reliabilitasnya. Reliabilitas adalah tingkat pada suatu tes secara konsisten yang mengukur berapa nilai tes itu. Reliabilitas ini dinyatakan dengan angka angka dan suatu koefisien yang tinggi menunjukkan reliabilitas yang tinggi pula.
Dalam penelitian ini untuk menentukan reliabilitas angket perhatian orang tua dan motivasi belajar dengan menggunakan rumus Spearman Brown sebagai berikut:








Dilanjutkan:

= reliabilitas instrumen
= yang disebutkan sebagai indeks korelasi antara dua belahan instrumen
(Suharsimi Arikuknto,1996:160).


Adapun prosedurnya:
a. Test yang akan diestimasikan reliabilitasnya dibelah menjadi dua.
b. Mencari koefisien antara dua belahan, dengan menggunakan rumus Product Moment.
c. Setelah diperoleh koefisien korelasi dari kedua belahan tersebut, selanjutnya
dicari reliabilitas test secara keseluruhan dengan rumus Spearman Brown.
Adapun kriteria yang menjadi patokan untuk menentukan reliabilitas adalah sebagai berikut:
a) Jika ri1 = 0,800 - 1,000 = sangat baik
b) Jika r11 = 0,600 - 0,800 = tinggi
c) Jika r, I = 0,400 - 0,600 = cukup
d) Jika r1 i = 0,200 - 0,400 = rendah
e) Jika ri = 0,000 - 0,200 = sangat rendah (Suharsimi Arikuknto, 1996:250).

2. Teknik Dokumentasi
Winarno Surakhmad (1982:134) menyatakan bahwa "Dokumentasi adalah laporan tertulis dari suatu peristiwa yang lainnya terdiri dari penjelasan dan pemikiran terhadap peristiwa dan ditulis dengan sengaja untuk meneruskan keterangan mengenai peristiwa tersebut". Suharsimi Arikunto (1996:234) "Metode dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat legger, agenda dan sebagainya".

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa metode dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data yang digunakan untuk mendapatkan data dengan jalan mempelajari catatan-catatan yang telah didokumentasikan, baik terjadi di masa lampau maupun sekarang.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan dokumen yang berupa legger raport nilai siswa semester I, untuk memperoleh data -tentang prestasi belajar Matematika siswa kelas V tahun pelajaran 2008/2009.

E. Teknik Analisis Data
Setelah data tentang kemampuan guru, data tentang motivasi belajar dan data tentang prestasi belajar matematika terkumpul. Kemudian dilakukan analisis data. Hal ini dilakukan guna untuk mengetahui hubungan antara ketiga variabel diatas, yaitu perhatian orang tua, motivasi belajar dan prestasi belajar.
Untuk mengolah data dalam penelitian ini digunakan korelasi teknik yaitu:
1. Untuk hipotesis satu dan dua, digunakan rumus Product Moment korelasi
Sederhana

2. Untuk hipotesis tiga digunakan rumus Product Moment Korelasi Ganda.

Untuk mengetahui pengaruh variabel prediktor terhadap variabel respon digunakan statistik

Time is money

About Me

Foto saya
Wonogiri, Jawa Tengah, Indonesia
profesional dan menyenangkan Muslim dan aktif dalam beberapa organisasi
Powered By Blogger