guru SD tidak alergi IT apalagi katrok. kami perlukan ilmu lebih untuk mencerdaskan kehidupan bangsa….!!

Minggu, 03 Mei 2009

PEMELITIAN KUANTITATIF hubungan yang positif antara kemampuan guru dan motivasi belajar, dengan prestasi belajar Matematika siswa kelas V se-Gugus Ke

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Di era globalisasi sekarang ini untuk dapat berkembang dan bersaing di setiap aspek kehidupan tidak saja dibutuhkan keunggulan komparatif, tetapi yang sangat penting adalah keunggulan kompetitif. Keunggulan kompetitif merupakan nilai lebih yang harus ada, nilai ini bisa tercipta dari somber daya manusia ( SDM ) yang memiliki pengetahuan dan ketrampilan tinggi yang bertaraf internasional.
Sejalan dengan fungsi dan tujuan pendidikan kehidupan sehari-hari di Nomor 20 tahun 2003 pasal 3 tentang sistem pendidikan nasional yang menyatakan bahwa:
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermanfaat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi perserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. (R.I. 2003: 7).
Pendidikan merupakan bagian integral dari kehidupan manusia, sebab manusia ingin mewujudkan cita-citanya secara nyata dan menyerahkan kepada generasi berikutnya. Melalui pendidikan perilaku manusia dapat diubah dan melalui pendidikan itu pula nilai dan norma sosial budaya dapat dilestarikan kepada generasi berikutnya. Dengan demikian jelas bahwa pendidikan itu sangat penting bagi kehidupan manusia dan sangatlah wajar apabila dalam pembangunan bangsa mendapat prioritas utama.
Menurut Mardi Admaja (1993 : 19), "Pendidikan merupakan suatu usaha bersama dalam prows terpadu terorganisir untuk membantu manusia mengembangkan diri dan menyiapkan diri untuk mengambil tempat semestinya dalam mengembangkan masyarakat dan dunianya di hadapan Sang Pencipta".
Guru merupakan pendidik dan pengajar yang menyentuh kehidupan pribadi siswa. Oleh siswa sering dijadikan tokoh teladan, bahkan menjadi tokoh identifikasi diri. Karena itu, guru seyogyanya memiliki perilaku yang memadai untuk dapat mengembangkan diri siswa secara utuh. Menurut Natawidjaya (1989) sebagaimana yang dikutip oleh Wijaya (1991:2).


Untuk melaksanakan tugas profesionalnya, guru itu perlu memahami dan menghayati wujud siswa sebagai manusia yang akan dibimbingnya. Disisi lain, guru harus pula memahami dan menghayati wujud siswa lulusan sekolah sebagai gambaran hasil didikannya yang diharapkan oleh masyarakat sesuai dengan filsafat hidup dan nilai-nilai yang dianut oleh bangsa Indonesia.
Dari apa yang telah diuraikan di atas, maka dapat diperjelas lagi dengan pernyataan.Dari apa yang telah disampaikan di muka dapat diketahui pentingnya peran guru dalam pendidikan. Dalam penelitian ini guru mempunyai peran sebagai peletak landasan pembentukan dan meningkatkan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, nilai, sikap, kepribadian, budi pekerti, kedisiplinan dan meningkatkan pengetahuan, keterampilan kreativitas.
Dalam mendukung kegiatan di atas, peran guru pada anak sangat dibutuhkan. Akan tetapi hal ini kadang tidak berjalan sesuai dengan harapan, sebab seperti diketahui bersama bahwa guru dindonesia pada umumnya masih banyak yang belum memenuhi kualifikasi maupun kompetensi akademik. Sementara perkembangan teknologi yang pesat juga menuntut penguasaan dan penerapan dalam pembelajaran terlebih dengan di luncurkannya Buku Sekolah Elektronik.( BSE ) kompetensi guru dalam teknologipun suatu keharusan Sebagai dampak kompetensi yang dimiliki guru, maka dapat dimungkinkan akan tercipta pembelajaran yang terjamin kualitas dan terhindarkan dari miskonsepsi dalam ilmu pengetahuan sehingga dapat menumbuhkan rasa ketaqwaan pada Tuhan Yang Maha Esa, nilai, sikap, kepribadian, budi pekerti, kedisiplinan yang berbeda pula. Setelah proses pembelajaran anak dapat meningkatkan pengetahuan, nilai dan sikap dan ketrampilannya.
Selain hal di atas masih ada faktor yang mendukung anak dalam belajar yaitu sebab pemberian motivasi yang tepat akan dapat meningkatkan prestasi belajar anak.
Motivation is an essential condition of learning" bahwa motivasi menentukan intensitas usaha anak belajar. Adapun motivasi yang diperlukan anak adalah motivasi belajar. Motivasi adalah kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk melakukan suatu perbuatan. Jadi motivasi belajar adalah kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk belajar dan mencapai
suatu tujuan tertentu (Noehi Nasution, 1992 : 9).

Motivasi adalah suatu dorongan unuk melakukan kegiatan-kegiatan untuk mencapai tujuan tertentu. Jadi motivasi belajar dapat diartikan suatu dorongan yang
timbul untuk melakukan suatu perbuatan belajar. Hal tersebut menunjukkan bahwa motivasi merupakan suatu faktor yang sangat penting dalam belajar agar prestasi belajar dapat ditingkatkan seoptimal mungkin. Motivasi dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu motivasi instrinsik dan ekstrinsik. Motivasi instrinsik adalah dorongan yang berasal dari dalam diri individu, sehingga tidak usah dirangsang dari luar. Motivasi ekstrinsik adalah dorongan yang berasal dari luar individu, sehingga harus ada rangsangan dari luar. Motivasi yang lain adalah motivasi jasmaniah dan motivasi rohaniah. Motivasi jasmaniah antara lain berupa refleks, instink, nafsu, hasrat, otomatisme dan lain sebagainya. Motivasi rohaniah yaitu berupa kemauan. Sehubungan dengan hal di atas, maka motivasi dapat timbul dari dalam dan dari luar. Untuk motivasi dari luar dapat diupayakan oleh orang lain yaitu dari orang tua, guru, maupun teman-temannya.
.
Dewasa ini di Sekolah Dasar mata pelajaran yang ditakuti dan dianggap sebagai momok adalah mata pelajaran Matematika, karena Matematika merupakan pelajaran yang sulit dan kadang harus mengikuti pelajaran dengan terpaksa. Keadaan itu dapat dilihat dari prestasi belajar Matematika yang pada umumnya rendah dibandingkan dengan mata pelajaran yang lain.
Siswa yang memperoleh prestasi tinggi dalam mata pelajaran Matematika, bukan hanya disebabkan oleh kecerdasan yang tinggi atau anak yang tingkat kecerdasan normal. Prestasi Matematika rendah bukan disebabkan intelegensi saja, tetapi masih ada faktor lain yang terkait, antara lain kondisi psikologi siswa, minat belajar, kedisiplinan belajar, motivasi belajar dan tidak kalah pentingnya adalah kemampuan guru yang bertindak sebagai fasilitator dalam pembelajaran untuk meningkatkan prestasi belajar Matematika. Oleh sebab itu erat kaitannya antara kemampuan guru dan motivasi belajar siswa dengan pencapaian prestasi belajar mata pelajaran Matematika di Sekolah Dasar. Menurut penulis, sampai saat ini masih sedikit penelitian yang berkenaan dengan hal di atas.
Berdasarkan kenyataan tersebut di atas, maka penulis ingin meneliti seberapa jauh hubungan kemampuan guru dan motivasi belajar siswa dalam meningkatkan prestasi belajar anak dalam mata pelajaran Matematika. Oleh karena itu skripsi ini, berjudul "Studi Korelasi Antara Kemampuan Guru dan Motivasi Belajar dengan Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas V SDN Se-Gugus Kenanga Kecamatan Wonogiri Tahun Pelajaran 2008/2009".


B. Identifikasi Masalah
Dari latar belakang masalah di atas, maka identifikasi masalah yang dapat diambil adalah :
1. Kemampuan guru dalam hal ini kompetensi guru dalam belajar mengajar sangat penting dalam pencapaian prestasi belajar anak.
2. Motivasi merupakan suatu faktor yang sangat penting dalam mencapai prestasi belajar, baik motivasi instrinsik maupun ekstrinsik.
3.Anak beranggapan bahwa pelajaran Matematika sangat-menakutkan, oleh karena itu anak sangat membutuhkan perhatian dan motivasi belajar untuk meningkatkan prestasi belajar Matematikanya.

C. Pembatasan Masalah
Untuk memudahkan pembahasan masalah dan menghindari kesimpangsiuran masalah, maka peneliti membatasi masalah agar tidak meluas, agar lebih kongkret dan terarah.
Adapun dalam hal ini penulis membatasi masalah yang mencakup:
1 Kompetensi menunjuk kepada performance dan perbuatan yang rasional untuk memenuhi versifikasi tertentu di dalam pelaksanaan tugas-tugas kependidikan. Kemampuan guru untuk mengajar (merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi), mata pelajaran matematika.
2 Motivasi belajar adalah segala sesuatu yang mendorong seseorang untuk
bertindak dan mencapai tujuan dalam belajar. "
3. Prestasi belajar Matematika adalah segala hasil yang dicapai dalam belajar
Matematika yang berupa angka dan huruf.






D. Perumusan Masalah
Atas dasar identifikasi dan pembatasan masalah di atas, maka perumusan masalah yang akan penulis teliti adalah sebagai berikut :
1. Apakah ada hubungan yang positif antara Kemampuan Guru dengan prestasi
belajar Matematika siswa kelas V se-Gugus Kenanga Kecamatan Wonogiri?
2. Apakah ada hubungan yang positif antara motivasi belajar dengan prestasi belajar
Matematika siswa kelas V se- se-Gugus Kenanga Kecamatan Wonogiri?
3. Apakah ada hubungan yang positif antara kemampuan guru dan motivasi belajar,
dengan prestasi belajar Matematika siswa kelas V se-Gugus Kenanga Kecamatan Wonogiri?

E. Tujuan Penelitian
Dalam setiap penelitian yang dilaksanakan pasti mempunyai tujuan. Tujuan adalah sasaran yang ingin dicapai yang sekaligus sebagai pengarah dari tujuan penelitian. Demikian juga dalam penelitian ini juga ada tujuan tertentu yang ingin dicapai.
Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui :
1. Ada tidaknya hubungan antara kemampuan guru dengan prestasi belajar Matematika siswa kelas V SDN se-Gugus kenanga Banjarsari Surakarta.
2. Ada tidaknya hubungan antara motivasi belajar dengan prestasi belajar,
Matematika siswa kelas V SDN se-Gugus IV Kecamatan Banjarsari Surakarta.
3. Ada tidaknya hubungan antara kemampuan guru dan motivasi belajar, dengan prestasi belajar Matematika siswa kelas V SDN se-Gugus Kenanga Kecamatan Wonogiri.



F. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoretis
a. Memberi informasi tentang pentingnya kemampuan guru dan motivasi belajar bagi anak.
b. Bermanfaat bagi masyarakat untuk menyediakan kondisi yang tetap bagi kemajuan pendidikan.
c. Dengan kemampuan guru dan motivasi belajar yang tinggi dapat meningkatkan mutu pendidikan.

2. Manfaat Praktis
a. Memberi motivasi kepada guru untuk meningkatkan proses belajar mengajar.
b. Memberi motivasi kepada siswa untuk meningkatkan kegiatan belajar dan
prestasinya.
















BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori
1. Kemampuan Guru
a. Pengertian Kemampuan
Istilah kemampuan mempunyai banyak makna Broke dan Stone menjelaskan bahwa kemampuan merupakan gambaran hakikat kualitatif dan perilaku guru atau tenaga kependidikan yang tampak sangat berarti. Pendapat lain mengenai kemampuan perilaku yang rasional oleh Charles E Jhonson. et. all (1974), yang dikutip oleh Wijaya (1991:7) yaitu kemampuan merupakan perilaku yang rasional untuk pencapaian tujuan yang dipersyaratkan sesuai dengan kondisi yang diharapkan.
Bertolak dari kedua pendapat di atas, kompetensi mengacu kepada Kemampuan melaksanakan sesuatu yang diperoleh melalui pendidikan. Kompetensi menunjuk kepada performance dan perbuatan yang rasional untuk memenuhi versifikasi tertentu di dalam pelaksanaan tugas-tugas kependidikan.
Kemampuan guru untuk mengajar (merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi) dalam matematika. Hal ini dicapai antara lain dengan pelatihan membuatan rencana pengajaran (lesson plan), micro teacing dan menyusun naskah ujian dalam.
b. Karakteristik Kemampuan Guru
Guru yang profesional akan bekerja melaksanakan fungsi dan tujuan sekolah khususnya serta tujuan pendidikan umumnya, sudah barang tentu memiliki kemampuan sesuai dengan tuntutan. Sebagai indikator, guru dinilai mampu secara profesional apabila:
1) Guru tersebut menguasai konsep dan pengajaran matematika secara benar.
2) Guru tersebut mampu mengajar (merencanakan, melaksanakan dan
mengadakan evaluasi )
3) Guru tersebut mampu bekerja dalam usaha mencapai tujuan pendidikan tingkat Pendidikan Dasar .
4) Guru tersebut mampu melaksanakan peranannya dalam proses belajar¬ mengajar dalam pelajaran matematika.



Karakteristik tersebut agar lebih jelas perlu ditinjau dari berbagai segi, yaitu:
1) Tanggung jawab guru
Setiap guru harus memenuhi persyaratan sebagai manusia yang bertanggung jawab dalam bidang pendidikan. Guru sebagai pendidik bertanggung jawab dalam menyelenggarakan pembelajaran di sekolah baik dalam proses belajar mengajar, pengelolan kelas, evaluasi dan dan keberhasilan siswa dalam mengikuti setiap Standar Kompetensi yang diajarkan yang dibuktikan dengan prestasi baik.
2) Fungsi dan peran guru
Fungsi dan peran guru berpengaruh terhadap pelaksanaan pendidikan di sekolah untuk itu fungsi dan peran guru adalah sebagai berikut:
a) Guru sebagai pendidik dan pengajar, yakni harus memiliki
kestabilan emosi, ingin memajukan siswa, bersikap realistik,bersikap jujur dan terbuka.
b) Guru sebagai pengelola proses belajar mengajar dalam program imersi, yakni harus menguasai metode mengajar dan harus menguasai konsep materi matematika dengan baik,

c. Kompetensi Guru
Upaya perwujudan pengembangan silabus menjadi persiapan pengajaran yang implementatif memerlukan kemampuan yang komprehensif. Menurut undang-undang tentang guru dan dosen nomor 14 tahun 2005 dalam bab IV mengenai kualifikasi, kompetensi, sertifikasi.Pasal 10 ayat 1, menyatakan bahwa kompetensi sebagai pembelajaran pada jenjang pendidikan dasar dan menengah serta pendidikan anak usia meliputi:
1. Kompetensi Pedagogik yaitu: Kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.
2. Kompetensi Kepribadian yaitu: Kemampuan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif dan berwibawa menjadi teladan bagi peserta didik dan berakhlak mulia.
3. Kompetensi Profesional yaitu: Kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkannya membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam standar nasional pendidikan.
4. Kompetensi Sosial yaitu: Kemampuan pendidik sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efekti dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga pendidikan, orang tua/wali peserta didik dan masyarakat sekitar. Dengan demikian, kompetensi yang dimiliki oleh setiap guru
dalam pembelajaran di kelas guru harus menunjukkan kualitas dalam mengajar.Kompetensi tersebut terwujud dalam bentuk penguasaan konsep dengan baik dan berperilaku layaknya seorang guru untuk menduduki jabatan fungsional sesuai bidang tugas, kualifikasi dan jenjang pendidikan.


2. Motivasi Belajar

a. Pengertian Motivasi
"Motivasi adalah usaha-usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi sehingga anak mau melakukannya bila ia suka, bila ia tidak suka ia akan berusaha meninggalkannya" (Nasution S. 1986: 76)
"Motif adalah segala sesuatu yang mendorong seseorang untuk bertindak melakukan sesuatu" (Ngalim Purwanto, 1998 : 60). "Suatu motif adalah suatu set yang dapat individu melakukan kegiatan tertentu untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu" (Woodwarth dalam LL. Pasaribu B. Simanjuntak, 1982: 50).
Menurut Mc Donald yang dikutip Wasty Soemanto (1990: 191) "Motivasi adalah suatu perubahan tenaga di dalam diri / pribadi seseorang yang ditandai oleh dorongan efektif dan reaksi-reaksi dalam mencapai tujuan". Sedangkan James O. Whittaker yang dikutip oleh Wasty Soemanto (1990 : 193) "Motivasi diartikan sebagai kondisi-kondisi atau keadaan yang mengaktiflcan atau memberi dorongan kepada makhluk untuk bertingkah Jaku mencapai tujuan yang ditimbulkan oleh motivasi tersebut".
Dari pendapat para - pakar mengenai motivasi tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa motivasi adalah dorongan yang timbul pada diri seseorang yang dapat membangkitkan semangat untuk melakukan kegiatan guna mencapai tujuan yang diinginkan.
Manusia adalah makhluk yang aktif, aktivitas tersebut ditujukan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Semua aktivitas yang dilakukan akan terjadi, bih ada yang mendorongnya - dan faktor pendorong itu adalali motif Tujuannya adalah untuk memenuhi kebutuhan hidup dan mempertahankan eksistensinya. Misalnya motif yang mendorong siswa untuk belajar giat, sebagai daya penggeraknya adalah motivasi. Motivasi dapat berasal dari dalam individu dan dari luar individu.
Motivasi belajar sangat berpengaruh terhadap keberhasilan belajar siswa. Sebab anak didik yang memiliki motivasi yang kuat akan mempunyai daya atau energi untuk melakukan kegiatan belajar. Demikian pula sebaliknya seseorang yang memiliki kecerdasan yang tinggi, mungkin akan mengalami kegagalan apabila dia tidak atau kurang memiliki motivasi. Dalam proses belajar motivasi merupakan faktor yang penting, karena dengan adanya motivasi pada diri subjek belajar, berarti telah ada dorongan pada dirinya.
b. Penggolongan Motivasi
Menurut Otto Wilman yang dikutip LL. Pasaribu dan B. Simanjuntak (1982 : 54 - 55) membagi jenis motif sebagai berikut :
1) Motif psikologis, adalah motif yang tidak disadari dalam belajar yang merupakan dorongan instinktif dan spontan yang dapat menimbulkan minat yang spontan.
2) Motif praktis, adaiah motif untuk memenuhi kebutuhan mempertahankan dan mengembangkan diri.
3) Motif pembentukan kepribadian, adalah bahwa manusia memerlukan pengetahuan dan kecakapan yang dapat membentuk kepribadian manusia dalam segi estetis dan intelektualistis, sehingga motif ini dapat mendorong individu untuk belajar.
4) Motif kesusilaan, adalah motif yang mendorong individu belajar lebih baik cara susila dan merupakan lanjutan dari motif pembentukan kepribadian.'.
5) Motif social, adalah motif yang mendorong individu untuk memperhatikan kepentingan orang lain agar dapat bekerja sama dengan orang lain.
6) Motif ke-Tuhanan, adalah motif yang mendorong individu untuk belajar supaya mengabdi kepada Tuhan dan menghargai manusia sebagai umat¬Nya. Segala pengetahuan dan kecakapan manusia, diserahkan pada suatu tingkatan agar individu menyadari hubungan individu sebagai trianusia dengan Tuhan.
Sedangkan Woorworth dan Marguis yang dikutip Suryabrata (1971:70- 71) membagi motif menjadi 3 macam, yaitu
1) Kebutuhan-kebutuhan organik yang meliputi kebutuhan untuk : a) minum, b) makan, c) bernafas, d) seksual, e) berbuat, f) beristirahat.
2) Motif-motif darurat yang mencakup : a) dorongan untuk meyelamatkan diri, b) dorongan untuk membalas, c) dorongan untuk berusaha, d) dorongan untuk memburu.
3) Motif-motif objektif, yang mencakup kebutuhan-kebutuhan untuk melakukan : a) manipulasi, b) menaruh mina t, motif-motif ini timbal karena dorongan untuk menghadapi dunia luar.
S. Nasution mengemukakan tentang penggolongan motivasi menjadi dua macam, antara lain
1) Motivasi intrinsik yaitu motivasi yang berasal dari individu, tanpa rangsangan dari luar. Motivasi intrinsik yakni individu ingin mencapai tujuan yang terkandung di dalam perbuatan belajar. Individu didorong oleh motivasi intrinsik, bila individu belajar agar dapat mengatasi kesulitan¬
kesulitan hidup, untuk memperoleh pengertian, pengetahuan, sikap baik dan lain-lain.
2) Motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang berasal dari luar individu karena adanya ransangan dari luar. Motivasi ekstrinsik yang diberikan di sekolah berupa : angka-angka, pujian, hadiah, kenaikan tingkat, hukuman, saingan, dan celaan –

Dari pendapat para ahli yang telah dikemukakan dapat disimpulkan ada dua sumber utama yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi instrinsik yaitu motivasi yang timbul dari dalam individu tanpa ada paksaan dari luar dan motivasi ekstrinsik, yaitu motivasi yang timbul dari luar individu.
Motivasi seseorang dapat muncul setiap waktu, dimana seseorang sedang menghadapi masalah, serta sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan dan situasi. Sedang motif-motif lain adalah bersifat sebagai pelengkap, aktivitas individu dalam kehidupan sehari-hari. Untuk siswa sangat membutuhkan motivasi ekstrinsik, karena dia belum menyadari adanya motivasi dari dalam dirinya. Maka guru dan orang tua haruslah bisa memotivasi anak agar lebih giat belajar demi masa depannya kelak. Hal di atas haruslah dilakukan terus menerus agar anak terbiasa belajar, karena motivasi sudah tumbuh dari anak sendiri. Dengan begitu motivasi dapat muncul bila ada rangsangan dari luar.



c. Peranan Motivasi
Menurut pendapat Pasaribu dan B. Simanjuntak (1982 : 52), peranan
motivasi sangat penting dalam pembelajaran karena :
1) Mempergunakan dan menghubungkan motif yang mendorong individu untuk melakukan kegiatan dalam belajar.
2) Reinforcement atau menggiatkan anak dalam belajar. Usaha-usaha yang dapat digunakan dalam rangka reinforcement, yaitu : a) Mengemukakan pertanyaan
b) Memberi ganjaran
c) Hadiah
d) Memberi hukuman
Fungsi motivasi dalam belajar yang dikemukakan oleh S. Nasution (1986 :79) :
1) Mendorong manusia, untuk berbuat jadi sebagai penggerak untuk melepaskan energi.
2) Menentukan atau perbuatan, yakni ke arah tujuan yang hendak dicapai.
3) Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan yang harus dijalankan untuk mencapai tujuan.
Sedangkan menurut Oemar Hamalik (1992: 175) fungsi motivasi adalah:
1) Mendorong timbulnya kelakuan atau suatu perbuatan
2) Sebagai pengarah, artinya mengarahkan perbuatan kepada pencapaian
tujuan yang diinginkan.
3) Sebagai penggerak, ia berfungsi sebagai mesin bagi mobil besar, kecilnya motivasi akan menentukan cepat atau lambatnya suatu pekerjaan.
Menurut Madyo Ekosusilo (1990 : 10), guna dan fungsi motivasi sebagai
berikut :
L Motif berfungsi sebagai penggerak yang memberikan kekuatan kepada seseorang untuk melakukan suatu tugas.
2. Motif dapat menentukan arah perbuatan.
3. Motif itu menyeleksi perbuatan kita.
4. Motif dapat memberikan dorongan untuk sukses
5. Motif dapat menghindarkan dorongan untuk menghindarkan kegagalan.
6. Motif dapat menimbulkan dorongan untuk memperoleh pengakuan.
7. Motif dapat memberikan dorongan untuk memperoleh pengakuan.
8. Motif dapat memberikan dorongan untuk memperoleh simpati dan rasa aman.

Dan pendapat para ahli di atas dapat diambil kesimpulan bahwa motivasi belajar sangat penting bagi siswa, sebab dapat memberi dorongan pada siswa untuk melakukan belajar dalam mencapai tujuan yang diharapkan.
Motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak yang terdapat dalam diri seseorang atau siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan aktivitas belajar dan memberikan arah dalam kegiatan belajar, sehingga tujuan yang diharapkan siswa dapat tercapai dengan optimal.
Peran motivasi belajar sangatlah penting, sebab dapat memacu para siswa agar timbul keinginan untuk meningkatkan prestasi belajamya. Dengan demikian dapat mencapai tujuan pendidikan sesuai dengan yang diharapkan dan ditetapkan di dalam tujuan pendidikan nasional.
3, Prestasi Belajar
a. Pengertian Belajar
Ngalim Purwanto berpendapat bahwa "Belajar adalah suatu perubahan yang terjadi melalui latihan atau pengalaman" (Ngalim Purwanto, 1990 : 85). Sedangkan Noehi Nasution (1992 : 3) menyimpulkan bahwa "Belajar adalah aktivitas yang menghasilkan perubahan pada diri individu yang belajar aktual maupun potensial".
"Belajar adalah proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progresif' (Skinner dikutip Muhibin Syah. 1995 : 89).
Belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap sesuatu situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalaman yang berulang¬ulang dalam situasi itu, di mana perubahan tingkah laku itu tidak dapat dijelaskan atau dasar kecenderungan respon pembawaan, kematangan, atau keadaan keadaan sesaat seseorang, misalnya kelelahan pengaruh obat dan sebagainya". (Hilgard dan Bowen dalam Ngalim Purwanto (1990: 84). Sedangkan pendapat S. Nasution (1982: 39) sebagai berikut :

Belajar adalah sebagai perubahan kelakuan berkat pengalaman dan latihan, belajar membawa perubahan pada individu yang belajar. Perubahan itu tak hanya mengenal jumlah pengetahuan melainkan juga berbentuk kecakapan, kebiasaan, sikap, peagertian, penghargaan, minat penyesuaian diri,
pendeknya mengenai segala aspek organisasi atau pribadi seseorang.
Dari definisi tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa belajar adalah kegiatan yang dilakukan secara sadar yang terarWh dan bertujuan yang menyebabkan bertambahnya pengetahuan, keterampilan dan perubahan tingkah laku yang positif.
Dengan belajar makaa seseorang dapat mengalami perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar, antara lain :
1) Perubahan secara sadar, individu yang belajar menyadari bahwa pengetahuan dan kecakapannya bertambah.
2) Perubahan dalam belajar bersifat kontinue, perubahan yang terjadi dalam
individu berlangsung terus menerus atau tidak statis.
3) Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif, maksudnya perubahan tersebut
senantiasa bertambah atau tertuju pada perubahan yang lebih baik.
4) Perubahan tidak bersifat sementara, artinya perubahan yang terjadi karena belajar
bersifat menetap.
5) Perubahan yang terjadi dalam belajar bertujuan dan terarah, ini berarti perubahan
terjadi karena adanya tujuan tertentu yang ingin dicapai.
6) Perubahan mencakup tingkah laku secara menyeluruh dan sikap, keterampilan dan pengetahuan.
b. Faktor – faktor ang Mempengaruhi Keberhasilan Belajar
Di bawah ini beberapa faktor yang berkaitan dengan keberhasilan belajar yang dikemukakan oleh beberapa All. Muhibbin Syah (1995:132) mengisyaratkan bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi belajar:
1) Faktor internal (faktor dari dalam siswa)
a) Aspek fisiologis yakni kondisi umum jasmani dan tonus (keterangan otot) yang menandai tingkat kebugaran organ-organ tubuh dan sendi¬sendinya, dapat mempengaruhi semangat dan intensitas siswa dalam mengikuti pelajaran.
b) Aspek psikologis yakni faktor-faktor rohaniah siswa yang meliputi:
(1) Intelegensi siswa, Intelegensi adalah Kemampuan psiko-fisik untuk mereaksi rangsangan atau menyesuaikan dengan lingkungan dengan cara yang tepat. Anak yang intelegensinya tinggi semakin besar untuk meraih sukses, sebaliknya anak yang intelegensinya rendah semakin kecil untuk memperoleh sukses.
(2) Sikap siswa
Sikap adalah gejala internal yang berdimensi afektif berupa kecenderungan untuk mereaksi atau merespons dengan cara yang relatif tetap terhadap objek baik secara positif maupun negatif.
(3) Bakat siswa, bvakat adalah kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang.
(4) Minat siswa Minat berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Minat sangat tergantung
pada pemusatan perhatian, keingintahuan, motivasi dan kebutuhan.
(5) Motivasi siswa
Motivasi adalah keadaan internal organisme manusia yang mendorongnya untuk berbuat sesuatu.
(2) Faktor Eksternal (faktor dari luar siswa)
(a) Lingkungan Sosial
(1) Lingkungan sosial sekolah misalnya: guru, staf administrasi dan teman-teman sekelas dapat mempengaruhi semangat belajar siswa.
(2) Lingkungan sosial siswa adalah masyarakat dan tetangga juga
teman-teman sepermainan di sekitar tempat tinggal siswa.
(3) Lingkungan sosial yang lain adalah orang tua dan keluarga siswa
. itu sendiri.
(b) Lingkungan Nonsosial
Lingkungan nonsosial ialah gedung sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal keluarga siswa, alat-alat belajar, keadaan cuaca dan waktu belajar yang digunakan siswa.
(3) Faktor Pendekatan Belajar
Pendekatan belajar meliputi beberapa tingkatan: pendekatan tinggi, pendekatan sedang dan pendekatan rendah.
Ngalim Purwanto (1990 : 102) berpendapat bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi belajar:
1) Faktor individual (faktor yang ada pada organisme itu sendiri)
(a) Kematangan
Kematangan adalah masa sudah mulai berfungsinya organ tubuh baik jasmani maupun rohaninya.
(b) Kecerdasan/Intelegensi
Kecerdasan seseorang dapat dilihat dan diamati dapat atau tidaknya seseorang dalam mempelajari sesuatu. Seseorang yang intelijensi nya tinggi akan cepat dalam memecahkan masalah yang" dihadapi, dibandingkan dengan seseorang yang intelijensinya rendah.
(c) Latihan dan Ulangan
Kecakapan dan pengetahuan yang dimiliki seseorang dapat makin dikuasai dan makin mendalam, disebabkan oleh latihan dan sering mengulangi sesuatu. Sebaliknya tanpa latihan orang tidak akan tnemiliki pengalaman.
(d) Motivasi
Motif merupakan pendorong bagi suatu organisme untuk melakukan sesuatu. Motif instrinsik dapat mendorong seseorang menjadi spesialis dalam bidang pengetahuan tertentu.
(e) Sifat-sifat pribadi seseorang
Setiap orang memiliki sifat-sifat kepribadian maing-masing berbeda antara seorang dengan orang lain. Sifat-sifat kepribadian ini ialah faktor fisik kesehatan dan kondisi badan.
(2) Faktor Sosial (faktor yang ada di luar individu)
(a) Keadaan Keluarga
Suasana dan keadaan keluarga turut menentukan tercapai dan tidaknya seseorang anak dalam belajar. Masalah yang lain adalah ada tidaknya fasilitas - fasilitas yang diperlukan anak dalam belajar.
(b) Guru dan Cara Mengajar
Faktor guru dan cara mengajar merupakan faktor penting, terutama dalam belajar di Sekolah sikap kepribadilan guru serta pengetahuan yang dimiliki dan cara mengajarkannya, turut menentukan hasil belajar yang dicapai oleh anak.
(c) Alat - alat Pelajaran
Sekolah yang memiliki alat-alat pelajaran perlengkapan yang diperlukan dapat mempermudah dan mempercepat belajar anak-anak.
(d) Motivasi Sosial
Motivasi sosial dapat timbul pada anak dari orang lain yang ada di sekitarnya, antara lain, orang tua, guru, teman sepermainan, tetangga dan sanak saudara. Motivasi yang baik yangn diberikan oleh orang tua atau guru dapat mendorong anak, sehingga timbul hasrat untuk belajar yang lebih baik.
(e) Lingkungan dan Kesempatan
Seorang anak yang intelegensinya tinggi belum tentu dapat belajar dengan baik, karena jarak rumah ke sekolah terlalu jauh dan kelelahan menernpuh pzrjalanannya~ Ada pula anak yang tidak dapat belajar dengan hasil baik, disebabkan tidak adanya kesempatan belajar, pengaruh lingkungan yang kurang baik.
Menurut Sumadi Suryabrata (1971:233) menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi belajar antara lain :
1) Faktor yang berasal dari luar individu
(a) Faktor-faktor nonsosial antara lain: (1) cuaca (2) waktu (3) keadaan suhu (4)
alat-alat belajar (5) letak sekolah (6) bangunan sekolah.
(b) Faktor-faktor sosial, yaitu gangguan yang terjadi pada proses belajar, antara
lain: (1) konsentrasi belajar (2) perhatian (3) keadaan lingkungan kelas.
2) Faktor yang berasal dari dalam individu
(a) Faktor-faktor fisiologis, antara lain (1) tonus jasmani pada umumnya (2) keadaan fungsi-fungsi fisiologis tertentu.
(b) Faktor-faktor psikologi, yaitu (1) sifat keingintahuan (2) kreativitas seseorang (3) simpati dari orang lain (4) memperbaiki kegagalan (5) rasa aman (6) adanya ganjaran atau hukuman.
Winkel berpendapat lain, bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi betajar : (1) pribadi siswa, (2) pribadi guru, (3) struktur jaringan hubungan sosial dan (4) faktor-faktor situasional (Winkel, 1988: 134 - 136).
Secara garis besar telah disebutkan faktor yang mempengaruhi belajar anak. Selain dari yang telah dikemukakan di atas ada juga faktor-faktor pada diri anak yang cukup menentukan yang dijelaskan antara lain:
(a) Kurang konsentrasi terhadap pelajaran yang dihadapi anak
(b) Kurang melatih diri dalam menjawab soal-soal
(c) Kurang banyak mengulang bahan pelajaran
(d) Terlalu banyak kegiataan yang mendesak kegiatan belajar anak
(e) Kurang tinggi kemampuan intelektual
(f) Kurang cermat menangkap apa yang diterangkan
(g) Kurang dapat membagi waktu belajar dan waktu untuk santai
(h) Kurang mengerti penjelasan yang disampaikan oleh guru (Singgih D. Gunarso,
1988:18).

Dari uraian di atas dapat penulis simpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi belajar adalah:
(a) Faktor dari dalam individu (internal)
(b) Faktor dari luar individu (eksternal)
(c) Fal.-tor situasi dan sosial
(d) Faktor pendekatan belajar
(e) Faktor kepribadian guru dan siswa
Faktor pendukung pembelajaran
c. Hasil-hasil Belajar Anak
Suryadi M. memberikan pengertian bahwa belajar terjadi jika ada perubahan
(1) Penambahan informasi
(2) Penghargaan pengertian
(3) Penerimaan sikap sikap baru
(4) Perolehan penghargaan
(5) Pengerjaan sesuatu dengan menggunakan apa yang telah dipelajari (1989: 4).
Sedangkan T. Raka Joni mengemukakan lama macam kemampuan hasil belajar :
(1) Keterampilan intelektual
(2) Strategi kognitif
(3) Informasi verbal
( 4) Keterampilan motorik
(5) Sikap dan nilai (1984: 6).
Di lain pihak Sumadi Surya Subroto dikutip oleh Muhibbin Syah membagi 3 perubahan hasil belajar:
(1) Perubahan intensional
(2) Perubahan positif dan aktif
(3) Perubahan efektif dan fungsional (1995: 115).
Dari apa yang telah disampaikan oleh ketiga ahli di atas secara garis besar
dapat dimasukkan dalam tiga kategori hasil belajar yaitu:
(1) Ranah kognitif yang berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari
enam aspek. Berikut di bawah ini merupakan hasil belajar dari ranah kognitif
(a) Pengetahuan sebagai hasil belajar kognitif tingkat paling rendah
Namun hasil belajar ini menjadi persyaratan bagi tipe hasil belajar selanjutnya, hafal menjadi persyaratan bagi pemahaman yang semua ini berlaku untuk semua bidang studi.
(b) Tipe hasil belajar yang lebih tinggi dari pada pengetahuan adalah pemahaman. Sebagai hasil belajar pemahaman ini misalnya menjelaskan dengan susunan kalimat sendiri sesuatu yang dibaca, memberi contoh lain dari apa yang dibaca dan dicontohkan atau menggunakan petunjuk penerapan pada kasus lain. Dalam taksonomi Bloom, memahami setingkat lebih tinggi dari pengetahuan
(c) Aplikasi dalam penggunaan abstraksi pada situasi yang konkret. Abstraksi tersebut dapat berupa ide, teori atau petunjuk teknis
(d) Hasil belajar yang lebih tinggi dari hasil berlajar aplikasi adalah. Hasil belajar analisis. Analisis adalah suatu usaha untuk memilah suatu integritas menjadi unsur-unsur atau bagian-bagian sehingga jelas hierarki atau susunannya. Analisis merupakan kecakapan yang kompleks, yang memanfaatkan kecakapan dari ketiga tipe sebelumnya. Dengan analisis diharapkan anak mempunyai pemahaman yang komprehensif dan dapat memilih intregitas menjadi bagian-bagian. Jika kecakapan analisis telah dapat berkembang pada anak, maka anak akan dapat mengaplikasikannya pada situasi baru secara kreatif.
(e) Hasil belajar sintesis. Hasil belajar sintesis merupakan penyatuan unsur-unsur ke dalam bentuk menyeluruh. Berfikir sintesis adalah salah satu terminal untuk menjadi anak kreatif. Berfikir kreatif adalah hasil yang hendak dicapai dalam pendidikan. Seorang anak yang kreatif sering menciptakan atau menemukan sesuatu. Dengan kemampuan sintesis, anak mungkin dapat menemukan hubungan kausal, menemukan abstraksi atau operasionalnya.
(f) Hasil belajar evaluasi. Hasil belajar ini merupakan pemberian keputusan tentang nilai sesuatu yang mungkin dilihat dari segi tujuan, gagasan, cara kerja, pemecahan, metode, dan lain-lain. Pengembangan kemampuan evaluasi penting artinya bagi anak. Pengembangan ini dilandasi pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan kesemuanya akan mempertinggi mutu evaluasi.
(2) Ranah efektif yang berkenaan dengan sikap dan nilai. Beberapa ahli mengatakan bahwa sikap seseorang dapat diramalkan perubahannya, bila seseorang telah memiliki penguasaan kognitif tingkat tinggi. Hasil belajar afektif tampak pada siswa dalam bertingkah laku seperti perhatian terhadap pelajaran disiplin, menghargai guru, dan dalam hubungan sosial. Berikut ini merupakan jenis jenis kategori hasil belajar afektif dari mulai tingkat paling rendah sampai ke tingkat paling kompleks.
(a) Receiving yakni semacam kepekaan dalam menerima rangsangan. dari luar yang datang pada anak dalam bentuk masalah, situasi atau gejala yang lain. Dalam tipe hasil belajar ini termasuk kesadaran keinginan untuk menerima rangsangan dari luar, kontrol, dan seleksi rangsang atau kejadian.
(b) Responding yakni reaksi yang diberikan seorang anak terhadap stimulasi yang datang dari luar. Hal ini menyangkut ketetapan reaksi, perasaan, kepuasan, dalam menjawab stimulus dari luar.
(c) Valuing yang berkenaan dengan nilai dan kepercayaan terhadap stimulus. Dalam hal ini berkenaan dengan kesediaan menerima nilai, latar belakang, dan kesepakatan terhadap nilai tersebut.
(d) Organizing, yakni pengembangan dari nilai ke dalam satu organisasi, termasuk hubungan satu nilai pemantapan, dan prioritas nilai yang telah dimilikinya tersebut.
(e) Charactering nilai yang merupakan perpaduan semua sistem nilai yang telah dimiliki seorang anak yang mempengaruhi pola kepribadiannya, dan tingkah laku lainnya.
(3) Ranah Psikomotoris
Hasil belajar psikomotoris tampak pada pembentukan keterampilan dan kemampuan bertindak individu. Ada enam tingkatan keterampilan dari hasil - belajar psikomotoris, yakni:
(a) Gerakan reflek atau keterampilan pada gerakan tidak sadar.
(b) Keterampilan pada gerakan-gerakan dasar.
(c) Kemampuan perseptual, termasuk di dalamnya membedakan visual, membedakan auditif, motoris.
(d) Gerakan-gerakan skill, mulai dari keterampilan sederhana sampai pada keterampilan komplek.
(e) Kemampuan bidang fisik, misalnya kekuatan, keharmonisan dan ketepatan.
( f) Kemampuan yang berkenaan dengan komunikasi nondekursive seperti gerakan ekspresif dan interpretatif.
Dari apa yang telah disampaikan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa hasil belajar dapat berupa:
(a) Perubahan dalam pengetahuan dan informasi ke arah yang lebih baik.
( b) Perubahan sikap, kebiasaan, dan budi pekerti, yang lebih positif.
(c) Keterampilan dan kemampuan dalam bertindak yang lebih baik.

d. Pengertian Prestasi Belajar
"Prestasi adalah segala pekerjaan yang berhasil, prestasi menunjukkan kecakapan manusia yang dicapai" (Adinegara, 1954 : 298) "Prestasi adalah hasil yang dicapai anak sebagai hasil belajar yang berupa angka, huruf serta tindakan hasil belajar yang dicapai" (Bukhori, M. 1977 : 91). Sedangkan menurut Pasaribu dan Simanjuntak (1983 : 82) menyatakan "Achievement (prestasi) adalah isi dari kapasitas seseorang yang dimaksud di sini adalah hasil yang diperoleh seseorang setelah mengikuti pendidikan atau latihan tertentu".
Berkaitan dengan pendapat ahli di atas penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa prestasi belajar adalah angka atau huruf dan tindakan yang menunjukkan kecakapan dari anak sebagai hasil belajar anak, setelah melalui pendidikan atau latihan.
4. Matematika
a. Pengertian Matematika
Mata pelajaran Matematika adalah kumpulan bahan kajian dan pelajaran tentang bentuk, susunan, besaran dan konsep-konsep yang saling berhubungan satu sama lainnya, sehingga dapat meningkatkan ketajaman penalaran siswa untuk menyelesaikan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari dan kemampuan berkomunikasi dengan menggunakan bilangan clan simbol-simbol serta lebih mengembangkan sikap logis, kritis, cermat, disiplin dan menghargai kegunaan Matematika. Di bawah ini dikemukakan pendapat tentang Matematika. Menurut Margono (1996 : 13) "Matematika adalah ilmu tentang struktur yang terorganisasi yang dimulai dengan pengenalan unsur yang tidak didefinisikan, unsur yang didefinisikan, postulat/aksioma, sampai dengan rumus/dalil:" Purwoto (1997: 14) menyatakan bahwa :
Matematika timbul karena olah pikir manusia yang berhubungan dengan idea, proses dan penalaran Matematika terdiri atas 4 kawasan yang luas ialah aritmatika, aljabar, geometri dan analisis. Matematika merupakan pengetahuan yang disusun secara konsisten dan menggunakan logika deduktif. Artinya Matematika merupakan pengetahuan yang bersifat rasional yang kebenarannya tidak tergantung kepada pembuktian secara empiris, tetapi deduktif.
Mulyono Abdurrahman (1999: 252) menyatakan bahwa :
Matematika adalah suatu cara untuk menemukan jawaban terhadap masalah yang dihadapi manusia, suatu cara menggunakan informasi, menggunakan pengetahuan tentang bentuk dan ukuran, menggunakan pengetahuan tentang menghitung dan yang paling penting adalah memikirkan dalam diri manusia itu sendiri dalam melihat dan menggunakan hubungan-hubungan.
Sedangkan dari Depdikbud (1999: 34), Matematika sekolah adalah Matematika yang diajarkan di pendidikan dasar dan pendidikan menengah, yang terdiri atas bagian-bagian Matematika yang dipilih guna menumbuhkembangkan kemampuan dan membentuk pribadi siswa serta terpadu pada perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta memiliki dua ciri penting yaitu : 1) memiliki objek kejadian yang abstrak, 2) berpola pikir deduktif dan konsisten. Menurut Johnson dan Myklobust di dalam Mulyono Abdurrahman (1999: 252) menyebutkan bahwa Matematika adalah bahasa simbolis yang fungsi praktisnya untuk mengekspresikan hubungan-hubungan kuantitatif dan ruang sedangkan fungsi teoretisnya adalah untuk memudahkan berpikir.
Dari berbagai pendapat di atas maka dapat diambil kesimpulan bahwa Matematika adalah bahasa, simbolis hasil pikiran manusia berdasarkan logika, bersifat abstrak dan memerlukan penyelesaian serta dapat mengembangkan pola pikir deduktif dan konsisten sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

b. Tujuan Pembelajaran Matematika
Tujuan umum pembelajaran Matematika dijenjang pendidikan dasar adalah :
1) Mempersiapkan siswa agar sanggup menghadapi perubahan keadaan di dalam kehidupan dan di dunia yang selalu berkembang, melalui latihan bertindak asas

2) Mempersiapkan siswa agar agar dapat menggunakan Matematika dan pola pikir Matematika dalam kehidupan sehari-hari, dan dalam mempelajari berbagai ilmu pengetahuan (Depdikbud, 1.999: 35).
Sedangkan tujuan pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar (SD) adalah sebagai berikut :
1) Menumbuhkan dan mengembangkan keterampilan berhitung (menggunakan
bilangan) sebagai alat dalam kehidupan sehari-hari.
2) Menumbuhkan kemampuan siswa yang dapat dialihgunakan melalui kegiatan
Matematika
3) Mengembangkan pengetahuan dasar matematika sebagai bekal belajar lebih lanjut di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP).
4) Membentuk sikap logis, kritis, cermat, kreatif dan disiplin (Depdikbud, 1999 : 35-36).
Hasan Walinana memberikan penjelasan bahwa pendidikan Matematika bertujuan antara lain :
I) Menanamkan pengertian:bilangan dan kecakapan dalam berhituftg.
2) Memupuk dan mengembangkan kemampuan berfikir logis dan kritis dalam
kehidupan sehari - hari baik pada masa sekarang maupun yang akan datang.
3) Mengembangkan kemampuan dan sikap rasional dan menghargai waktu
4) Meletakkan landasan berhitung yang kuat untuk mempelajari pengetahuan lebih lanjut (Hasan Walinana, 1993: 1).
Dengan demikian, tujuan umum pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar tersebut memberi tekanan pada penalaran dan pembentukan sikap siswa serta pada dalam keterampilan dalam penerapan Matematika dalam kehidupan sehari-hari.

B. Penelitian Yang Relevan
Menurut penelitian Ratnasari ( 2004:136) membuktikan adanya pengaruh positif yang signifikan dari persepsi siswa mengenai kemampuan mengajar guru terhadap motivasi belajar siswa .Sementara hasil penelitian Mulyani ( 2004:132) membuktikan bahwa ada pengaruh yang signifikan antara kompetensi mengajar guru dan aktivitas belajar terhadap prestasi belajar PKKn. Semakin tinggi tingkat kompetensi mengajar guru, semakin tinggi pula tingkat prestasi belajar PPKn . Sedemikian pula aktivitas belajar yang dimiliki anak akan mempengaruhi motivasi belajar ,sehingga memberikan konstribusi bagi pencapaian prestasi belajar PPKn
C. Kerangka Pemikiran

Atas dasar kajian teori tersebut di atas, untuk memperoleh gambaran secara jelas, maka kerangka pemikiran dapat digambarkan sebagai berikut:


2


1 3

Keterangan :
1. Hubungan antara kemampuan guru (XI) dengan prestasi belajar Matematika (Y).
2. Hubungan antara motivasi belajar (X2) dengan prestasi belajar Matematika (Y).
3. Hubungan antara kemampuan guru(Xl) dan motivasi belajar (X2) dengan prestasi belajar Matematika.

C. Perumusan Hipotesis
Atas dasar kajian teori dan kerangka pemikiran yang dikemukakan di atas maka hipotesis yang dapat diajukan:
1. Ada hubungan yang positif antara kemampuan guru dengan prestasi belajar Matematiksiswa kelas V SDN se-Gugus Kenanga Kecamatan Wonogiri.
2. Ada hubungan yang positif antara motivasi belajar dengan prestasi belajar
Matematika siswa kelas V SDN se-Gugus Kenanga Kecamatan Wonogiri.
3. Ada hubungan yang positif antara perhatian orang tua dan motivasi belajar anak dengan prestasi belajar Matematika siswa kelas V SDN se-Gugus Kenanga Kecamatan Wonogiri









BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

Hasil suatu penelitian sebagian tergantung pada pengumpulan datanya, pengumpulan data itu sendiri bertujuan memperoleb bahan-bahan yang reliabel dan relevan. Untuk memperoleh data dalam suatu penelitian diperlukan metode-metode, alat-alat dan kegiatan-kegiatan yang dapat dipertanggungjawabkan untuk mencapai tujuan.

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan pada siswa kelas V SDN se-Gugus Kenanga Kecamatan Wonogiri Tahun Pelajaran 2008 / 2009. Waktu penelitian adalah mulai bulan Februari sampai Mei 2009.

B. Metode Penelitian
Agar penelitian sampai pada tujuan yang akan dicapai diperlukan adanya cara yang tepat, yang menjadi arahan dalam langkah-langkah yang tepat. Hal tersebut sesuai dengan pendapat. Sutrisno Hadi (1984:4), sesuai dengan tujuannya bahwa "Research adalah usaha untuk menemukan dan mengembangkan, menguji kebenaran suatu pengetahuan, usaha mana yang dilakukan dengan menggunakan metode metode ilmiah". Menurut Winarno Surakhmad (1994:121) berpendapat bahwa "Metode adalah merupakan cara utama yang dipergunakan untuk mencapai suatu tujuan, menguji serangkaian hipotesis dengan menggunakan teknik-teknik atau alat¬alat tertentu". Sedangkan Suharsimi Arikunto (1989: 174) mengemukakan bahwa "Metode penelitian adalah cara yanag digunakan dalam pengumpulan data".
Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa metode penelitian adalah suatu kegiatan yang sistematis, terencana dan teratur untuk menemukan, mengembangkan dan menguji suatu kebenaran suatu pengetahuan dengan menggunakan metode-metode ilmiah.
Adapun beberapa metode penelitian dan sebagai pedoman menurut Winarno Surakhmad, dilihat dari sifat dan fungsi metode penelitian dapat dibedakan dalam tiga jenis, yaitu metode penelitian deskriptif, historis dan eksperimental.
Dalam penelitian ini sesuai dengan tujuan dan permasalahannya, serta berdasarkan jenis data yang diperlukan, maka penulis menggunakan metode penelitian historis dan metode penelitian deskriptif.

1. Metode Penelitian Historis

Metode penelitian historis adalah metode penelitian yang mengaplikasikan metode pemecahan yang ilmiah dari perspektif historis dari suatu masalah, sehingga metode historis tepat untuk menjelaskan data-data yang telah lampau, karena sumber- sumber data yang dipakai kebanyakan berupa dokumen maka disebut metode dokumentasi.

2. Metode Penelitian Deskriptif

Metode penelitian diskriptif adalah metode penelitian yang tertuju pada pemecahan masalah yang ada pada saat sekarang. Melalui metode deskriptif ini akan diperoleh informasi gejala keadaan yang sedang berlangsung sebagai pemecahan masalah yang ada, masalah yang aktual, sehingga metode deskriptif lebih tepat untuk data pada waktu sekarang.
Alasan penulis menggunakan kedua metode tersebut di atas, mengingat hal¬hal sebagai berikut:
a. Penelitian ini memusatkan pada pemecahan masalah yang ada pada waktu sekarang atau berhubungan dengan masa sekarang.
b. Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah perhatian orang tua dan motivasi, data ini diperoleh dengan menggunakan metode deskriptif.
c. Data tentang prestasi belajar anak merupakan data yang lampau sehingga dapat diperoleh dengan mengggunakan metode historis.

C. Variable Penelitian
Variabel merupakan statu yang tidak pernah ditinggalkan dalam setiap jenis penelitian . Istilah variabel dapat bermacam-macam sesuai dengan konsepsi masing-masing pemikir . Menurut Arikunto ( 1998 : 99).” Variabel adalah obyek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian”.
Menurut fungsinya variabel dapt dibedakan menjadi 2 macam yaitu variabel penyebab dan variabel terikat( Suryabrata,1991:81)Variabel penyebab didalamnya terdiri dari : variabel kendali dan variabel rambang. Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi penyebab terjadinya sesuatu,sedangkan variabel moderator adalah variabel yang ikut diperhatikan meskipun tidak diutamakan. Variabel kendali adalah variabel yang ikut berpengaruh kemudian dinetralisir atau dianggap tidak ada pengaruhnya.variabel rambang adalah vriabel yang diabaikan pengaruhnya karena tidak menimbulkan perbedaan yang berarti. Selanjutnya variabel terikat atau variabel tergantung adalah variabel yang ditimbulkan xoleh pengaruh variabel bebas.
Berdasarkan klasifikasi diatas maka variabel-variabel dalam penelitian ini mencakup :
1. Kemampuan guru dan motivasi siswa sebagai variabel bebas ( independent variabel)karena variabel ini masing- masing diukur berdasarkan beberapa indikator sebagai berikut :
a. variabel kemampuan guru yaitu kemampuan dasar yang harus dimiliki guru dalam proses belajar mengajar dengan indikator :.
1. Guru mempunyai kompetensi dibidangnya.
2. Guru memiliki ijazah sesuai kualifikasi
3. Guru memiliki kepribadian ,sehat jasmani dan rohani
4. Guru mampu mengelola kelas
5. Guru mampu menggunakan waktu dengan tepat
6. Guru mampu memahami karakteristik siswa
7. Guru mampu mengelola dan menggunakan media serta sumber belajar
2. Variabel motivasi siswa indikatornya meliputi :
1. Sehat jasmani dan rohani
2. Memiliki motivasi yang baik dalam pembelajaran
3. Ketertarikan dengan materi ajar dan cara pengajaran
4. senang dengan pelajaran tersebut
5. Meningkatnya prestasi belajar
Prestasi belajar adalah ukuran kemampuan siswa didalam proses belajar yang diperoleh dari hasil belajar (hasil dari usaha belajar) sebagai variabel terikat variabel prestasi ini diukur berdasrkan akumulasi nilai siswa dalam mata pelajaran matematika kelasV SD tahun pelajaran 2008 / 2009

D. Populasi, Sampel dan Sampling
1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian (Suharsimi Arikunto, 1996:115). Sedangkan menurut Sutrisno Hadi (1985:220) mengemukakan "Populasi adalah seluruh individu yang dimaksud untuk diselidiki". Sugianto H (1985:39) berpendapat "Populasi adalah sejumlah individu yang dimaksud untuk diteliti". Jadi populasi adalah sejumlah individu yang mempunyai karakteristik atau ciri-ciri tertentu serta dijadikan objek penelitian.
Berdasarkan pengertian di atas, maka populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas V SDN se-Gugus Kenanga Kecamatan Wonogiri , tahun pelajaran 2008/2009 yang terdiri dari 7(tujuh) Sekolah Dasar jumlah keseluruhan 215 siswa.
2. Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Suharsimi Arikunto, 1996:117). Menurut Winamo Surahmad (1994:93) menyatakan bahwa "Sampel adalah sebagian dari populasi yang dipandang representatif terhadap populasi itu".
SDN II Wonoboyo adalah salah satu Sekolah Dasar yang termasuk dalam Gugus Kenanga Kecamatan Wonogiri. Sehingga dalam penelitian ini sampel yang digunakan adalah siswa kelas V SDN II Wonoboyo yang terdiri dari 26 siswa. Pengambilan sampel tersebut berda-sarkan pendapat Suharsimi Arikunto (1996 : 129) yang mengatakan "Bila populasi lebih dari 100 orang, maka diambil sampel 10-15% atau 20-25% atau lebih". Sehingga dalam penelitian ini menggunakan sampel sebesar 12,3% dari jumlah keseluruhan.
3. Teknik Penambilan Sampel

Menurut Sutrisno Hadi (1993:75) sampling adalah cara yang digunakan untuk mengambil sampel. Dengan demikian teknik pengambilan sampel disebut sampling. Adapun sampling dibedakan menjadi dua macam yaitu random sampling dan nonrandom sampling. •
a. Random Sampling
Random sampling adalah teknik pengambilan sampel secara random atau tanpa pandang bulu, di mana semua individu mempunyai kesempatan yang sama untuk menjadi anggota sampel. Ada tiga cara yang dapat digunakan untuk random sampling yaitu:
1) Cara undian
Dalam cara ini, peneliti mengadakan undian kepada anggota populasi sehingga terpilih sejumlah sampel yang ditentukan.
2) Cara ordinal
Dalam cara ini anggota populasi disusun dalam suatu daftar, yang kemudian akan dijadikan sampel diambil dari daftar yang telah ditentukan.
3) Cara randomisasi
Menentukan dengan cara ini adalah dengan menggunakan tabel random yang biasanya dapat dilihat pada buku statistik.
b. Nonrandom Sampling
Nonrandom sampling adalah cara pengambilan sampel tidak secara random,tidak semua individu diberi atau mempunyai kesempatan untuk menjadi anggota sampel.
Dalam penelitian ini, agar semua individu mempunyai kesempatan yang sama untuk menjadi anggota sampel dan agar penelitian ini lebih objektif, maka penulis menggunakan teknik random sampling.
Alasan penulis menggunakan teknik random sampling:
1) Populasinya terdiri dari tingkat atau kelas yang sama yaitu siswa kelas V SD.
2) Sifat atau keadaan populasi yang homogen.

D. Teknik Pengumpulan Data
Tujuan penulis mengadakan penelitian adalah untuk memperoleh data yang digunakan untuk membuktikan hipotesis yang telah diajukan. Sebelum pelaksanaan pengumpulan data dilaksanakan perlu terlebih dahulu apa yang menjadi variabel penelitian, data yang diperlukan, sumber-data dan teknik pengumpulan data yang digunakan.
Untuk memperoleh data yang sesuai dengan apa yang diperlukan dan dapat dipertanggungjawabkan serta dipercaya, maka diperlukan teknik pengumpulan data yang tepat. Suharsimi Arikunto (1991:28) menyebutkan bahwa teknik pengumpulan data yang dapat digunakan dalam penelitian adalah teknik angket, teknik tes, teknik interview, teknik observasi, dan teknik dokumentasi.
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik pengumpulan data dengan teknik angket untuk data tentang perhatian orang tua dan motivasi belajar anak, dan teknik dokumentasi untuk data tentang prestasi belajar Matematika.




1. Teknik Angket
a. Pengertian Angket
Menurut Suharsimi Arikunto (1991:28) "Angket adalah sebuah daftar yang harus diisi atau dijawab oleh orang yang akan diukur (responden)". Dengan angket ini orang (responden) dapat diketahui tentang keadaan atau data diri, pengalaman, pengetahuan sikap atau pendapatnya dan sebagainya.
Pendapat Sumadi Suryabrata (1984: 26) "Angket adalah daftar pertanyaan yang harus dijawab atau daftar isian yang harus diisi yang berdasarkan pada jumlah subjek yang diselidiki".
b. Jenis-'enis Angket
1) Angket ditinjau dari segi siapa yang menjawab
a) Angket langsung, yakni jika angket tersebut diisi dan dijawab langsung oleh subjek (responden) yang diselidiki.
b) Angket tidak langsung, yakni jika yang angket tersebut diisi dan dijawab bukan subjek (responden) yang diteliti, tetapi orang lain yang mempunyai hubungan baik.
2) Angket ditinjau dari bentuk (keleluasaan responden dalam memberikan j awabannya).
a) Angket tertutup adalah bila item pertanyaan pada angket disertai kemungkinan (pilihan) jawabannya, sehingga responden tinggal memilih jawaban yang dinilai paling sesuai.
b) Angket terbuka adalah bila item pertanyaan pada angket tidak disediakan kemungkinan jawaban, sehingga responden dituntut memformulasikan sendiri jawaban yang dipandang sesuai.
Dari kedua kelompok pembagian angket di atas, dapat dipadukan menjadi empat jenis angket, antara lain:
a) Angket langsung, tertutup
b) Angket langsung terbuka
c) Angket tidak langsung tertutup
d) Angket tidak langsung terbuka
Dalam penelitian ini jenis angket yang digunakan adalah angket langsung tertutup deagan bentuk pertanyaan-pertanyaan dengan empat alternatif jawaban. Alasan peneliti menggunakan angket sebagai pengumpul data:
a) Metode angket dapat langsung serempak dalam jumlah yang besar
b) Subjek adalah orang yang paling tahu tentang dirinya sendiri.
c) Untuk mendapatkan jawaban yang objektif dan dapat dipercaya dari responden
d) Dapat menghemat waktu, tenaga sebab dengan waktu yang relatif singkat data
dapat terkumpul
e) Jawaban dari responden sesuai dengan variabel yang akan diukur dalam penelitian ini.
f) Memudahkan bagi responden untuk menjawab memudahkan untuk menganalisis jawaban bagi peneliti.
Agar jawaban dari responden benar dan dapat dipercaya, maka penyusunan daftar pertanyaan dibuat sedemikian rupa dengan mengingat:
a) Pertanyaan dibuat secara jelas, singkat dan tidak menyebabkan salah tafsir.
b) Pertanyaan dapat dijawab oleh responden bersifat netral dan objektif.
c) Pertanyaan harus disesuaikan dengan tingkat usia anak.
d) Penyusunan kalimat harus dibuat sederhana dan mudah dipahami responden.

c. Kisi-kisi Angket
Angket sebagai alat pengumpul data yang berisi daftar pertanyaan yang harus diisi oleh responden. Dalam penelitian ini angket dibuat sendiri oleh peneliti berdasar variabel yang akan diteliti. Dari variabel kemampuan guru yang dapat diungkap dalam hubungannya dengan anak adalah:
1) Guru mempunyai kepribadian yang baik,sehat jasmanai dan rohani.
2) Menguasai Materi Ajar
3) Mengelola Program Relajar mengajar
4) Menggunakan waktu secara tepat
5) Memahami karakteristik siswa.
Dari variabel motivasi belajar dapat diungkap dan diukur dalam hubungannya dengan anak:
1) Penyediaan fasilitas belajar
2) Pemberian semangat belajar
3) Penciptaan suasana belajar
4) Pemberian hadiah
5) Cita-cita dan emosi
6) Minat
7) Prestasi belajar
8) Kepuasan
9) Tanggung jawab.
Variabel Penelitian Indikator Nomor
Kemampuan Guru 1. Guru mempunyai kepribadian yang baik,sehat jasmanai dan rohani
1, 2, 3, 4, 5, 6.
2. Menguasai Materi Ajar 7, 8, 9, 10.
3. Mengelola Program Relajar mengajar 11, 12, 13, 14, 15, 16,
4.Mampu Mengelola Kelas 17, 18, 19, 20.

5. Menggunakan waktu secara tepat 21, 22, 23, 24.
6. memahami karakteristik siswa 25, 26, 27, 28, 29, 30.
Motivasi Belajar 1. Penyediaan fasilitas. 1,2,3.
2. Pemberian semangat 4, 5, 6, 7.
3. Penciptaan suasana belajar 8, 9, 10
4. Pemberian hadiah 11,12
5. Cita-cita dan emosi 13,14
6. Minat 15, 16, 17, 18, 19
7. Prestasi belajar 20, 21, 22
8. Kepuasan 23, 24, 25.
9. Tanggung jawab 26, 27, 28, 29, 30.

d Uji Coba Angket
Setelah angket tersusun, kemudian dilakukan uji coba angket. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui validitas dan reliabilitas angket. Untuk menganalisis validitas alat ukur dalam hal ini angket tentang kemampuan guru dan motivasi belajar dengan cara mencari validitas item.

Validitas item ini dimaksudkan untuk menentukan apakah item tersebut dapat membedakan kelompok-kelompok dalam aspek yang diukur sesuai dengan perbedaan yang ada pada kelompok tersebut. Adapun cara yanag digunakan untuk mengetahui daya pembeda item adalah menggunakan indek validitas item dengan rumus sebagai berikut:

(Djono R, 1982:82).


V = Validitas indek item
RH = Jumlah siswa kelompok upper yang menjawab benar
RL = Jumlah siswa kelompok lower yang menjawab benar
NH = Jumlah siswa kelompok upper
Adapun kriteria yang dijadikan patokan untuk menentukan apakah item valid atau tidak sebagai berikut:
1) Dikatakan valid apabila V = 0,20 atau lebih
2) Dikatakan tidak valid apabila V≤ 0,2 (Suharsimi Arikunto, 1966:162).
Selanjutnya diadakan uji coba reliabilitas untuk item yang valid saja diambil sebanyak tiga puluh soal. Alat ukur yang baik harus setinggi reliabilitasnya. Reliabilitas adalah tingkat pada suatu tes secara konsisten yang mengukur berapa nilai tes itu. Reliabilitas ini dinyatakan dengan angka angka dan suatu koefisien yang tinggi menunjukkan reliabilitas yang tinggi pula.
Dalam penelitian ini untuk menentukan reliabilitas angket perhatian orang tua dan motivasi belajar dengan menggunakan rumus Spearman Brown sebagai berikut:








Dilanjutkan:

= reliabilitas instrumen
= yang disebutkan sebagai indeks korelasi antara dua belahan instrumen
(Suharsimi Arikuknto,1996:160).


Adapun prosedurnya:
a. Test yang akan diestimasikan reliabilitasnya dibelah menjadi dua.
b. Mencari koefisien antara dua belahan, dengan menggunakan rumus Product Moment.
c. Setelah diperoleh koefisien korelasi dari kedua belahan tersebut, selanjutnya
dicari reliabilitas test secara keseluruhan dengan rumus Spearman Brown.
Adapun kriteria yang menjadi patokan untuk menentukan reliabilitas adalah sebagai berikut:
a) Jika ri1 = 0,800 - 1,000 = sangat baik
b) Jika r11 = 0,600 - 0,800 = tinggi
c) Jika r, I = 0,400 - 0,600 = cukup
d) Jika r1 i = 0,200 - 0,400 = rendah
e) Jika ri = 0,000 - 0,200 = sangat rendah (Suharsimi Arikuknto, 1996:250).

2. Teknik Dokumentasi
Winarno Surakhmad (1982:134) menyatakan bahwa "Dokumentasi adalah laporan tertulis dari suatu peristiwa yang lainnya terdiri dari penjelasan dan pemikiran terhadap peristiwa dan ditulis dengan sengaja untuk meneruskan keterangan mengenai peristiwa tersebut". Suharsimi Arikunto (1996:234) "Metode dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat legger, agenda dan sebagainya".

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa metode dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data yang digunakan untuk mendapatkan data dengan jalan mempelajari catatan-catatan yang telah didokumentasikan, baik terjadi di masa lampau maupun sekarang.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan dokumen yang berupa legger raport nilai siswa semester I, untuk memperoleh data -tentang prestasi belajar Matematika siswa kelas V tahun pelajaran 2008/2009.

E. Teknik Analisis Data
Setelah data tentang kemampuan guru, data tentang motivasi belajar dan data tentang prestasi belajar matematika terkumpul. Kemudian dilakukan analisis data. Hal ini dilakukan guna untuk mengetahui hubungan antara ketiga variabel diatas, yaitu perhatian orang tua, motivasi belajar dan prestasi belajar.
Untuk mengolah data dalam penelitian ini digunakan korelasi teknik yaitu:
1. Untuk hipotesis satu dan dua, digunakan rumus Product Moment korelasi
Sederhana

2. Untuk hipotesis tiga digunakan rumus Product Moment Korelasi Ganda.

Untuk mengetahui pengaruh variabel prediktor terhadap variabel respon digunakan statistik

0 komentar:

Posting Komentar

Time is money

About Me

Foto saya
Wonogiri, Jawa Tengah, Indonesia
profesional dan menyenangkan Muslim dan aktif dalam beberapa organisasi
Powered By Blogger